Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan.
Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.
"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," gertak Abu Hurairah.
Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."
Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.
Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"
Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahawa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahawa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.
"Bohong dia," kata Nabi : "Pada hal nanti malam ia akan datang lagi."
Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun
ditingkatkan. Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kelmarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.
"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W," ancam Abu Hurairah, sama seperti kelmarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."
Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W,
dan beliau pun bertanya seperti kelmarin. Dan setelah mendapat jawapan yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."
Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi.
Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kelmarin itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan
Rasulullah S.A.W ? Kenapa mahu saja ia ditipu olehnya ?
"Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."
Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah
ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-gerinya.
"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahawa kali ini ia
tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa akhirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."
"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. "Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi :
Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."
Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang
pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.
"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.
"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah. "Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.
Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."
Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula :
"Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?"
"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.
"Itulah syaitan."
Saturday, October 31, 2009
Friday, October 30, 2009
Kunci-Kunci Kebaikan
Dalam beribadah kepada Allah, seorang muslim tentu sangat mengharapkan kebaikan dari Allah. Ketika dia bersyukur, bersabar ataupun ketika bertaubat dari kesalahan, pasti kebaikanlah yang dituju. Inilah sesungguhnya niat ikhlas yang ada pada diri seorang muslim ketika melakukan suatu amalan. Dia hanya mengharapkan kebaikan dari Allah SWT, tidak dari selain-Nya.
Akan tetapi, niat ikhlas semata tidaklah cukup untuk memenuhi syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Selain ikhlas, tentu harus ada kesesuaian amal yang dilakukan dengan tuntunan syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Inilah dua hal yang dikenal sebagai dua syarat diterimanya amal ibadah di sisi Allah SWT
Dua syarat ini bukanlah syarat yang dibuat-buat oleh manusia. Akan tetapi lebih dari itu, dua syarat ini sesungguhnya didapatkan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya SAW dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah
Di antara petunjuk wahyu akan syarat pertama, yaitu keikhlasan dalam beramal, adalah firman Allah SWT,
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (al-Bayyinah: 5)
Dan firman-Nya
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki- Nya di antara hamba-hamba- Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [al-An'aam: 88]
Dan petunjuk akan syarat kedua, yaitu kesesuaian amal dengan tuntunan Rasulullah SAW, adalah sabda beliau,
"Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada tuntutannya dari kami, maka tertolak." [Muttafaq `alaih]
Pantas saja, jika Abdulullah bin Mas'ud pernah mengatakan, "Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun dia tidak mendapatkannya."
Dari sini saja kita boleh melihat, bahwa untuk memperoleh kebaikan yang kita inginkan tentu kita harus memiliki kuncinya. Dengan kunci tersebut, kita bisa membuka berbagai pintu-pintu kebaikan.
Dan tanpa kunci itu, kebaikan tidak akan bisa diperoleh. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk mengetahui kunci-kunci kebaikan yang begitu banyak.
KUNCI-KUNCI KEBAIKAN
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata,
"Allah telah menjadikan kunci sebagai pembuka bagi setiap perkara yang dituntut. Dia menjadikan kunci shalat adalah besuci, sebagaimana sabda Nabi SAW,
"Kunci shalat adalah bersuci."1
Dan kunci haji adalah ihram. Kunci kebajikan adalah kejujuran. Kunci surga adalah tauhid. Kunci ilmu adalah sikap yang baik dalam bertanya dan mendengar. Kunci pertolongan dan kemenangan adalah kesabaran. Kunci bertambahnya nikmat adalah syukur. Kunci kewalian adalah kecintaan dan dzikir. Kunci keberuntungan adalah takwa. Kunci taufiq adalah raghbah (rasa harap yang disertai dengan amalan) dan rahbah (rasa takut yang disertai dengan amalan).
Kunci ijabah (sambutan Allah) adalah doa. Kunci cinta akhirat adalah zuhud terhaap dunia. Kunci iman adalah memikirkan perkara yang Allah serukan untukdifikirkan oleh hamba-hambaNya. Kunci untuk menjumpai Allah adalah ketundukan hati dan keselamatan hati untuk-Nya, ikhlas kepada-Nya dalam cinta, benci, berbuat dan meninggalkan sesuatu. Kunci hidupnya hati adalah tadabbur (memperhatikan dan merenungi) al-Qur'an, merendahkan diri waktu sahar (waktu malam sebelum fajar) dan meninggalkan dosa.
Kunci mendapatkan rahmat adalah berbuat ihsan dalam beribadah kepada al-Khaliq (Sang Pencipta) dan berusaha memberi manfaat kepada hamba-hambaNya. Kunci rezeki adalah usaha yang disertai dengan istighfar (permohonan ampun kepada Allah) dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kunci persiapan diri untuk akhirat adalah memperpendek angan-angan. Dan kunci segala kebaikan adalah kecintaan kepada Allah dan negri akhirat. Sedangkan kunci segala keburukan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan.
Ini adalah permasalahan agung yang merupakan permasalahan ilmu paling bermanfaat. Yaitu mengetahui kunci-kunci kebaikan dan keburukan. Tidak ada yang mendapatkan taufik untuk mengetahui dan memperhatikannya kecuali orang yang memiliki bagian dan taufik yang besar."2
Apa yang beliau sebutkan di atas, tidaklah mencakup seluruh kunci-kunci kebaikan. Karena kita tahu bahwa kebaikan itu sendiri tidak terbatas pada apa yang beliau sebutkan. Meski demikian, perkataan itu cukup untuk memberikan gambaran kepada kita bahwa setiap kebaikan pasti ada kunci-kuncinya. Dan beliau juga menyebutkan perkara-perkara agung yang sangat dibutuhkan seorang muslim yang beriman.
Di sana masih ada kunci-kunci kebaikan yang disebutkan pada ulama yang lain. Di antaranya3
Aun bin Abdillah berkata, "Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkan dosa itu. Dan penyesalannya atas dosa itu adalah kunci untuk bertaubat. Seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa yang dilakukannya sehingga hal itu menjadi lebih bermanfaat baginya dari pada sebagian kebaikan-kebaikanny a."4
Sufyan bin Uyainah berkata, "Tafakkur (berfikir) adalah kunci rahmat. Tidakkah kamu lihat seseorang berfikir lalu bertaubat."5
Al-Hasan berkata, "Kunci lautan adalah perahu-perahu. Kunci bumi adalah jalan-jalan. Sedangkan kunci langit adalah doa."6
Sahl bin Abdillah berkata, "Meninggalkan hawa nafsu adalah kunci surga, berdasarkan firman Allah ta'ala,
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)7."8
Sufyan berkata, "Dahulu dikatan, diam yang lama adalah kunci ibadah."9
Syaikhul Islam berkata, "Maka kejujuran adalah kunci segala kebaikan, sebagaimana dusta adalah kunci segala keburukan."10
Beliau juga berkata, "Doa adalah kunci segala kebaikan."11
Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah, kita akan perinci sebagian dari kunci-kunci kebaikan tersebut, dengan harapan bisa memberi manfaat bagi kita semua.
1 Riwayat Abu Daud (no. 61) dan at-Tirmidzi (no. 3). Dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami' (no. 5885)
2 Al-Jawabul Kafi (hlm. 100)
3 Nukilan-nukilan berikut diambil dari risalah Syekh Abdurrazaq al-Badr yang berjudul Mafatihul Khair.
4 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (4/251)
5 Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh dalam al-Azhomah (no. 39)
6 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya (14/53
7 Surat an-Naziat ayat 40-41.
8 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya (19/135)
9 Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam ash-Shomt (no. 136)
10 Al-Istiqomah (1/467)
11 Lihat Majmu' al-Fatawa (10/661)
TAUHID:
KUNCI SURGA
Kebaikan terpuncak bagi seseorang yang mengimani adanya kampung akhirat adalah menjadi penghuni negri keselamatan, kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Dan negri inilah yang menjadi tujuan bagi berbagai pemeluk agama yang ada. Tidak hanya kaum muslimin yang menginginkan hidup di dalam surga, bahkan orang-orang Yahudi ataupun Nasrani mengklaim bahwa surga hanya layak ditempati oleh golongan mereka saja. Allah berfirman,
"Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, `Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani."
Akan tetapi, Allah langsung membantah mereka dengan firman-Nya dalam ayat yang sama,
"Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, `Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." [al-Baqarah: 111]
Iya, dakwaan mereka langsung Allah bantah dan dinyatakan sebagai angan-angan yang kosong. Karena memang surga yang mereka klaim itu sesungguhnya memiliki kunci yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang hanya sekedar mengaku-aku tanpa bukti kepemilikan. Maka Allah pun memerintahkan agar mereka menunjukkan bukti bahwa mereka adalah benar-benar layak masuk surga.
Lalu pada aya berikutnya, Allah menjelaskan apa yang bisa menjadi bukti bahwa seseorang layak masuk surga. Allah berfirman,
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat ihsan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [al-Baqarah: 112]
Syekh as-Sa'di menjelaskan ayat ini dengan berkata, "Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maksudnya, barangsiapa mengikhlaskan (memurnikan) amalannya hanya untuk Allah, dengan mengarahkan hatinya hanya kepada-Nya. Sedang ia bersamaan dengan keikhlasannya itu, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Rabbnya, yaitu dengan beribadah sesuai dengan syariat-Nya. Maka hanya mereka itulah orang-orang yang berhak menjadi penghuni surga."12
Sesungguhnya apa yang Allah sebutkan dalam ayat tersebut sebagai bukti seseorang akan masuk surga, tidak lain dan tidak bukan adalah implementasi dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah.
Kemudian, telah disebutkan dalam Shaih Muslim, dari hadits Umar bin al-Khatthab, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian dia mengucapkan `Asyhadu allaa ilaaha illallah wa anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu' melainkan dibuka baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan. Dia akan masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki."3
Syekh Abdurrazaq al-Badr – hafizhahullah – menegaskan, "Ini adalah dalil yang shahih lagi tegas menunjukkan bahwa pintu-pintu surga yang berjumlah delapan akan dibuka dengan tauhid, dibuka dengan syahadat laa ilaaha illallah. Adapun orang yang tidak melaksanakan tauhid, maka keadaan mereka sebagaimana yang Allah firmankan,"
"Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum." [al-A'raf: 40]14
Maka jelaslah bahwa kunci surga adalah tauhid, yaitu pelaksanaan kalimat syahadat laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah.
Dan harus kita ketahui bahwa kunci yang agung ini tidak akan memberikan manfaat jika hanya diucapkan saja tanpa pemenuhan hak-haknya. Betapa banyak kaum munafikin yang pada zaman Nabi SAW mengucapkan kalimat yang agung ini, namun karena mereka tidak memenuhi hak-haknya, mereka
tetap tidak selamat dari siksaan neraka. Bahkan mereka berada di dasar neraka yang paling dalam. Sebagaimana firman Allah tentang mereka,
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." [an-Nisa: 145]
Maka seorang muslim mukmin, yang ingin memiliki kunci ini dan mengambil manfaat darinya, dia harus memenuhi hak-hak dari kalimat ini. Dia harus memenuhi rukun dan syarat dari kalimat tauhid yang dia ucapkan.
Secara ringkas, rukun laa ilaaha illallah ada dua, pertama meniadakan adanya hak untuk diibadahi pada dzat selain Allah. Dan yang kedua adalah menetapkan dan melakukan peribadahan hanya kepada Allah. Sedangkan rukun syahadat Muhammad rasulullah, pertama mengakui bahwa beliau adalah manusia, hamba Allah yang tidak berhak diibadahi. Dan yang kedua menetapkan bahwa beliau adalah utusan Allah, sehingga beliau tidak boleh diremehkan dan dilecehkan, bahkan harus ditaati.
Adapun syarat laa ilaaha illallah, para ulama menyebutkan ada tujuh: ilmu yang meniadakan kebodohan, keyakinan yang menolak keragu-raguan, penerimaan yang meniadakan penolakan, ketundukan yang meniadakan pengabaian, ikhlas yang menolak kesyirikan, kejujuran yang meniadakan kedustaan, dan kecintaan yang menolak kebencian.
Sedangkan syarat syahadat Muhammad rasulullah adalah, mengakui dan meyakini kerasulan beliau secara lahir dan batin, meneladani beliau dengan cara mengamalkan kebenaran yang beliau bawa dan meninggalkan kebatilan yang beliau larang, membenarkan semua berita yang beliau sampaikan, mencintai beliau lebih dari kecintaan terhadap diri sendiri, harta, anak, orangtua, dan seluruh manusia, dan mendahulukan perkataan beliau atas perkataan setiap orang serta mengamalkan sunnah (tuntunan) beliau.15
12 Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, hlm. 63.
13 Shohih Muslim (no. 234)
14 Mafatihul Khair, hlm. 13
15 Tentang rukun dan syarat dua kalimat syahadat ini, telah dijelaskan oleh Syekh Shalilh al-Fauzan dalam Aqidatul Tauhid hlm. 40-45
SYUKUR:
KUNCI NIKMAT
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mendapatkan nikmat dari Allah. Akan tetapi sayang sekali, hanya sedikit dari mereka yang mau bersyukur kepada Allah atas nikmat ini. Padahal jika mereka bersyukur, kenikmatan yang ada akan bertambah berlipat-lipat, karena syukur adalah kunci pertambahan rezeki. Allah berfirman,
"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." [Ibrahim: 7]
Jika seseorang memahami perkara yang agung ini, sungguh dia telah mendapatkan kunci yang sangat bermanfaat untuk memperoleh tambahan kebaikan-kebaikan. Karena semua kebaikan yang didapati seorang manusia pada hakikatnya hanyalah kenikmatan yang Allah berikan.
Rezeki yang didapati seorang hamba misalnya, Allah tidak akan memberi tambahan rezeki kepadanya kecuali jika dia mau bersyukur kepada Allah atas rezeki tersebut. Ilmu yang diperoleh seorang penuntut ilmu juga merupakan kenikmatan dari Allah.
Maka jika seorang penuntut ilmu mensyukuri Allah atas ilmu yang telah diperolehnya, niscaya Allah akan memberi tambahan ilmu kepadanya. Demikian juga dengan taufik atau hidayah keimanan yang merupakan nikmat terbesar kepada seorang hamba, akan Allah tambahkan dan tingkatkan keimanan seseorang, manakala dia mensyukurinya.
Dan tentu saja syukur yang dimaksud dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Dengan hati, kita mengakui bahwa semua kebaikan itu semata-mata pemberian dan anugrah dari Allah.
Jika ada seseorang yang menganggap bahwa dia mendapat nikmat itu karena memang dia berhak, atau karena kepandaian dan keuletannya, atau karena
usahanya, maka ini merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah, seperti yang telah Allah sebutkan tentang keadaan Qarun.
Dengan lisan, seorang hamba mengucap syukur kepada-Nya, berterima kasih kepada-Nya dan juga disyariatkan baginya memperbincangkan kenikmatan yang Allah anugrahkan kepadanya, sebagai bentuk syukur kepada-Nya.
Adapun dengan anggota badan, maka dia mempergunakan nikmat yang Allah berikan itu dalam berbagai ketaatan yang disyariatkan. Misalnya, orang yang diberi kemudahan rezeki berupa harta, maka dia bersyukur dengan banyak bersedekah dan mempergunakan harta itu dalam ketaatan, tidak menghambur-hamburka nnya, dan tidak mempergunakannya dalam kemaksiatan. Orang yang diberi ilmu, maka dia amalkan ilmu tersebut, dan dia ajarkan kepada orang lain.
KEMULIAAN
ADA PADA KETAATAN
Kemuliaan hidup adalah salah satu perkara yang dicari manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan kehinaan dalam hidupnya. Hanya saja, timbangan kemuliaan mereka berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap hidup ini.
Dalam menyikapi perbedaan pandangan seperti ini, tentu sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa kehidupan ini berada di bawah kekuasaan tunggal Allah SWT, dia akan mengembalikannya kepada bagaimana sesungguhnya Allah memandang permasalahan ini. Karena Allah telah berfirman,
"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya." [Fathir: 10]
Jika demikian, maka sesungguhnya Allah telah menyebutkan kunci kemuliaan dalam firman-Nya, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu." [al-Hujurat: 13]
Jadi, kemuliaan sesungguhnya hanya ada pada ketakwaan. Yang mana ketakwaan ini terwujud dengan menaati Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dengan melaksanakan perintah-perintah- Nya dan menjauhi larangan-laranganNy a. Sebagian orang ada yang mencari kemuliaan hidup dengan meniru-niru orang-orang barat yang mana sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. Cara berpakaian, kebiasaan, akhlak, tingkah laku, gaya hidup sampai pada pemikiran pun mereka tidak bisa dibedakan.
Padahal merupakan salah satu bentuk ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya SAW, adalah tidak menyerupai orang-orang kafir dalam berbagai hal yang menjadi kekhususan mereka. Rasulullah SAW bersabda,
"Aku diutus di hadapan hari kiamat, dengan membawa pedang sampai hanya Allah semata yang diibadahi, tanpa sekutu bagi-Nya. Dan rizkiku telah dijadikan berada di bawah tombakku. Dan kehinaan serta kerendahan dijadikan bagi siapa saja yang menyelisihi perkaraku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka."16
16 Di-shahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami', no. 2831
KUNCI REZEKI
Terkadang, seorang manusia rela mengorbankan agama demi mendapatkan secuil rezeki. Mereka berdalih dengan perkataan yang sesungguhnya tidak pantas diucapkan, "mencari rezeki yang haram saja susah apa lagi yang halal."
Seandainya manusia meyakini bahwa rezeki telah ditetapkan oleh Allah, dan dia mengetahui kunci-kuncinya, niscaya dia akan sadar bahwa Allah sangat pemurah dalam membagi-bagi rezeki, dan sesungguhnya mencari rezeki yang halah jauh lebih mudah ketimbang rezeki yang haram.
Pada perkataan Ibnu Qayyim di atas, kita dapati beliau menjelaskan bahwa kunci rezeki adalah usaha yang dibarengi dengan istighfar dan takwa.
Usaha sebagai kunci rezeki tentunya telah jelas bagi setiap orang yang berakal sehat. Karena tatkala seseorang ingin mendapatkan rezeki berarti dia harus berusaha mengais rezeki. Namun yang menjadi focus seorang mukmin dalam berusaha adalah hendaknya usaha yang dilakukan masih dalam daerah usaha yang dibolehkan (halal).
Dan daerah ini sungguh sangat luas sekali, karena ada suatu ketentuan dalam masalah semacam ini, selama tidak ada larangan dari syariat maka usaha itu dibolehkan. Inilah yang menjadikan seorang mukmin berkeyakinan bahwa yang halal lebih mudah dari pada yang haram, karena usaha yang halal itu jauh lebih banyak dari pada yang haram.
Adapun istighfar sebagai kunci rezeki, maka bisa dipahami dari firman Allah SWT,
"Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka, `Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampung, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." [Nuh: 10-12]
Sedangkan takwa, secara tegas Allah telah menyatakan,
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." [ath-Thalaq: 2-3]
Maka kepada orang yang masih menganggap usaha haram lebih mudah dari usaha halal, kita katakan, bertakwalah dan tinggalkanlah usaha haram, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangka.
KUNCI
KEHIDUPAN HATI
Hati manusia, tak ubahnya seperti jasad manusia, ada yang sehat, sakit dan ada pula yang mati. Akan tetapi, kesehatan hati jauh lebih penting jika dibandingkan dengan kesehatan badan. Hal ini karena kesehatan hati merupakan faktor utama kebaikan lahiriah seorang hamba. Rasulullah SAW telah bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, niscaya akan baik seluruh tubuhnya, namun jika segumpal daging itu rusak, niscaya menjadi rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." [Muttafaq `alaihi]
Maka perhatian seorang mukmin terhadap hatinya, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang remeh. Jika hati itu telah mati, segala bentuk kebaikan dan kebenaran tidak akan bisa diterima oleh seseorang.
Di sinilah kita dituntut untuk mengetahui kunci kehidupan hati, jika kita ingin mendapatkan dan menerima kebaikan yang banyak.
Pada perkataan Ibnul Qayyim di atas, beliau telah menjelaskan bahwa kunci kehidupan hati adalah dengan mentadabburi al-Qur'an, merendahkan diri di akhir malam, dan meninggalkan dosa. Sungguh benar apa yang beliau katakan. Al-Qur'an adalah sumber kehidupan hati. Allah SWT berfirman,
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (al-Qur'an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami, dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
Syekh Abdurrahman as-Sa'di berkata, "Allah menamai al-Quran dengan ruh, karena dengan ruh jasad bisa hidup sedangkan al-Qur'an akan menghidupkan hati dan jiwa-jiwa. Dengan al-Qur'an, kamaslahatan dunia dan agama akan menjadi hidup, karena dalam al-Qur'an terdapat banyak kebaikan dan ilmu yang melimpah."17
Makanya, sebagai obat hati yang merasa gundah gelisah, Rasulullah SAW menganjurkan kita berdoa kepada Allah agar menjadikan al-Qur'an ini sebagai penyejuk hati dan cahaya bagi dada. Yaitu dengan doa,
"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, akan hamba-Mu (Adam), dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, dan ketetapan-Mu adil pada diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau menamai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, maka aku mohon dengan itu agar Engkau jadikan al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelipur kesedihanku, dan penghilang bagi kesusahanku."18
Begitu pula dengan menjauhi dosa-dosa, adalah salah satu sebab atau kunci hidupnya hati seorang hamba. Karena dosa adalah titik hitam yang mengotori hati manusia. Semakin banyak titik itu melekat dalam hati, maka akan menjadi tutupan kelam yang bisa mematikan hati manusia.
17 Taisirul Karimir Rahman, hlm. 762
18 Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya.
ILMU:
KUNCI UTAMA
Setelah kita mengetahui sebagian dari kunci kebaikan di atas, maka di sana ada satu kunci utama sebagai pintu pertama untuk mendapatkan kunci-kunci tersebut.
Tidak lain kunci utama itu adalah ilmu. Karena dengan ilmu, seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang mendatangkan cinta dan ridha Allah, dan mana yang akan membawa pada kemurkaan-Nya. Dan dimulai dengan ilmu, seseorang bisa melakukan berbagai amalan. Imam al-Bukhari berkata,
"Ilmu itu (harus ada) sebelum berkata dan beramal."
Dan Rasulullah SAW sendiri telah menegaskan bahwa orang yang dikehendaki baiknya oleh Allah, adalah orang yang diberi pemahaman ilmu agama. Beliau bersabda,
"Barangsiapa yang Allah kehendaki ada kebaikan padanya, niscaya akan Dia pahamkan orang itu dalam perkara agama." [Muttafaq `alahi]
Oleh karena itulah, Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya SAW untuk meminta tambahan berupa ilmu. Allah SWT berfirman,
"Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu." [Thaha: 114]
"Wahai Allah, berikanlah manfaat kepada kami dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, dan ajarkanlah kepada kami apa yang bermanfaat bagi kami, dan berikanlah tambahan ilmu kepada kami."
Akan tetapi, niat ikhlas semata tidaklah cukup untuk memenuhi syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Selain ikhlas, tentu harus ada kesesuaian amal yang dilakukan dengan tuntunan syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Inilah dua hal yang dikenal sebagai dua syarat diterimanya amal ibadah di sisi Allah SWT
Dua syarat ini bukanlah syarat yang dibuat-buat oleh manusia. Akan tetapi lebih dari itu, dua syarat ini sesungguhnya didapatkan dari petunjuk Allah dan Rasul-Nya SAW dalam al-Qur'an maupun as-Sunnah
Di antara petunjuk wahyu akan syarat pertama, yaitu keikhlasan dalam beramal, adalah firman Allah SWT,
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." (al-Bayyinah: 5)
Dan firman-Nya
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki- Nya di antara hamba-hamba- Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [al-An'aam: 88]
Dan petunjuk akan syarat kedua, yaitu kesesuaian amal dengan tuntunan Rasulullah SAW, adalah sabda beliau,
"Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada tuntutannya dari kami, maka tertolak." [Muttafaq `alaih]
Pantas saja, jika Abdulullah bin Mas'ud pernah mengatakan, "Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun dia tidak mendapatkannya."
Dari sini saja kita boleh melihat, bahwa untuk memperoleh kebaikan yang kita inginkan tentu kita harus memiliki kuncinya. Dengan kunci tersebut, kita bisa membuka berbagai pintu-pintu kebaikan.
Dan tanpa kunci itu, kebaikan tidak akan bisa diperoleh. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk mengetahui kunci-kunci kebaikan yang begitu banyak.
KUNCI-KUNCI KEBAIKAN
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata,
"Allah telah menjadikan kunci sebagai pembuka bagi setiap perkara yang dituntut. Dia menjadikan kunci shalat adalah besuci, sebagaimana sabda Nabi SAW,
"Kunci shalat adalah bersuci."1
Dan kunci haji adalah ihram. Kunci kebajikan adalah kejujuran. Kunci surga adalah tauhid. Kunci ilmu adalah sikap yang baik dalam bertanya dan mendengar. Kunci pertolongan dan kemenangan adalah kesabaran. Kunci bertambahnya nikmat adalah syukur. Kunci kewalian adalah kecintaan dan dzikir. Kunci keberuntungan adalah takwa. Kunci taufiq adalah raghbah (rasa harap yang disertai dengan amalan) dan rahbah (rasa takut yang disertai dengan amalan).
Kunci ijabah (sambutan Allah) adalah doa. Kunci cinta akhirat adalah zuhud terhaap dunia. Kunci iman adalah memikirkan perkara yang Allah serukan untukdifikirkan oleh hamba-hambaNya. Kunci untuk menjumpai Allah adalah ketundukan hati dan keselamatan hati untuk-Nya, ikhlas kepada-Nya dalam cinta, benci, berbuat dan meninggalkan sesuatu. Kunci hidupnya hati adalah tadabbur (memperhatikan dan merenungi) al-Qur'an, merendahkan diri waktu sahar (waktu malam sebelum fajar) dan meninggalkan dosa.
Kunci mendapatkan rahmat adalah berbuat ihsan dalam beribadah kepada al-Khaliq (Sang Pencipta) dan berusaha memberi manfaat kepada hamba-hambaNya. Kunci rezeki adalah usaha yang disertai dengan istighfar (permohonan ampun kepada Allah) dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Kunci persiapan diri untuk akhirat adalah memperpendek angan-angan. Dan kunci segala kebaikan adalah kecintaan kepada Allah dan negri akhirat. Sedangkan kunci segala keburukan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan.
Ini adalah permasalahan agung yang merupakan permasalahan ilmu paling bermanfaat. Yaitu mengetahui kunci-kunci kebaikan dan keburukan. Tidak ada yang mendapatkan taufik untuk mengetahui dan memperhatikannya kecuali orang yang memiliki bagian dan taufik yang besar."2
Apa yang beliau sebutkan di atas, tidaklah mencakup seluruh kunci-kunci kebaikan. Karena kita tahu bahwa kebaikan itu sendiri tidak terbatas pada apa yang beliau sebutkan. Meski demikian, perkataan itu cukup untuk memberikan gambaran kepada kita bahwa setiap kebaikan pasti ada kunci-kuncinya. Dan beliau juga menyebutkan perkara-perkara agung yang sangat dibutuhkan seorang muslim yang beriman.
Di sana masih ada kunci-kunci kebaikan yang disebutkan pada ulama yang lain. Di antaranya3
Aun bin Abdillah berkata, "Perhatian seorang hamba terhadap dosanya akan mendorongnya untuk meninggalkan dosa itu. Dan penyesalannya atas dosa itu adalah kunci untuk bertaubat. Seorang hamba senantiasa memperhatikan dosa yang dilakukannya sehingga hal itu menjadi lebih bermanfaat baginya dari pada sebagian kebaikan-kebaikanny a."4
Sufyan bin Uyainah berkata, "Tafakkur (berfikir) adalah kunci rahmat. Tidakkah kamu lihat seseorang berfikir lalu bertaubat."5
Al-Hasan berkata, "Kunci lautan adalah perahu-perahu. Kunci bumi adalah jalan-jalan. Sedangkan kunci langit adalah doa."6
Sahl bin Abdillah berkata, "Meninggalkan hawa nafsu adalah kunci surga, berdasarkan firman Allah ta'ala,
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)7."8
Sufyan berkata, "Dahulu dikatan, diam yang lama adalah kunci ibadah."9
Syaikhul Islam berkata, "Maka kejujuran adalah kunci segala kebaikan, sebagaimana dusta adalah kunci segala keburukan."10
Beliau juga berkata, "Doa adalah kunci segala kebaikan."11
Maka dengan memohon pertolongan kepada Allah, kita akan perinci sebagian dari kunci-kunci kebaikan tersebut, dengan harapan bisa memberi manfaat bagi kita semua.
1 Riwayat Abu Daud (no. 61) dan at-Tirmidzi (no. 3). Dishahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami' (no. 5885)
2 Al-Jawabul Kafi (hlm. 100)
3 Nukilan-nukilan berikut diambil dari risalah Syekh Abdurrazaq al-Badr yang berjudul Mafatihul Khair.
4 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam al-Hilyah (4/251)
5 Diriwayatkan oleh Abu asy-Syaikh dalam al-Azhomah (no. 39)
6 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya (14/53
7 Surat an-Naziat ayat 40-41.
8 Disebutkan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya (19/135)
9 Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam ash-Shomt (no. 136)
10 Al-Istiqomah (1/467)
11 Lihat Majmu' al-Fatawa (10/661)
TAUHID:
KUNCI SURGA
Kebaikan terpuncak bagi seseorang yang mengimani adanya kampung akhirat adalah menjadi penghuni negri keselamatan, kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Dan negri inilah yang menjadi tujuan bagi berbagai pemeluk agama yang ada. Tidak hanya kaum muslimin yang menginginkan hidup di dalam surga, bahkan orang-orang Yahudi ataupun Nasrani mengklaim bahwa surga hanya layak ditempati oleh golongan mereka saja. Allah berfirman,
"Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, `Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani."
Akan tetapi, Allah langsung membantah mereka dengan firman-Nya dalam ayat yang sama,
"Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, `Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." [al-Baqarah: 111]
Iya, dakwaan mereka langsung Allah bantah dan dinyatakan sebagai angan-angan yang kosong. Karena memang surga yang mereka klaim itu sesungguhnya memiliki kunci yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang hanya sekedar mengaku-aku tanpa bukti kepemilikan. Maka Allah pun memerintahkan agar mereka menunjukkan bukti bahwa mereka adalah benar-benar layak masuk surga.
Lalu pada aya berikutnya, Allah menjelaskan apa yang bisa menjadi bukti bahwa seseorang layak masuk surga. Allah berfirman,
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat ihsan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." [al-Baqarah: 112]
Syekh as-Sa'di menjelaskan ayat ini dengan berkata, "Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maksudnya, barangsiapa mengikhlaskan (memurnikan) amalannya hanya untuk Allah, dengan mengarahkan hatinya hanya kepada-Nya. Sedang ia bersamaan dengan keikhlasannya itu, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Rabbnya, yaitu dengan beribadah sesuai dengan syariat-Nya. Maka hanya mereka itulah orang-orang yang berhak menjadi penghuni surga."12
Sesungguhnya apa yang Allah sebutkan dalam ayat tersebut sebagai bukti seseorang akan masuk surga, tidak lain dan tidak bukan adalah implementasi dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah.
Kemudian, telah disebutkan dalam Shaih Muslim, dari hadits Umar bin al-Khatthab, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Tidak ada seorang pun dari kalian yang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian dia mengucapkan `Asyhadu allaa ilaaha illallah wa anna Muhammadan abduhu wa rasuluhu' melainkan dibuka baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan. Dia akan masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki."3
Syekh Abdurrazaq al-Badr – hafizhahullah – menegaskan, "Ini adalah dalil yang shahih lagi tegas menunjukkan bahwa pintu-pintu surga yang berjumlah delapan akan dibuka dengan tauhid, dibuka dengan syahadat laa ilaaha illallah. Adapun orang yang tidak melaksanakan tauhid, maka keadaan mereka sebagaimana yang Allah firmankan,"
"Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum." [al-A'raf: 40]14
Maka jelaslah bahwa kunci surga adalah tauhid, yaitu pelaksanaan kalimat syahadat laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah.
Dan harus kita ketahui bahwa kunci yang agung ini tidak akan memberikan manfaat jika hanya diucapkan saja tanpa pemenuhan hak-haknya. Betapa banyak kaum munafikin yang pada zaman Nabi SAW mengucapkan kalimat yang agung ini, namun karena mereka tidak memenuhi hak-haknya, mereka
tetap tidak selamat dari siksaan neraka. Bahkan mereka berada di dasar neraka yang paling dalam. Sebagaimana firman Allah tentang mereka,
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." [an-Nisa: 145]
Maka seorang muslim mukmin, yang ingin memiliki kunci ini dan mengambil manfaat darinya, dia harus memenuhi hak-hak dari kalimat ini. Dia harus memenuhi rukun dan syarat dari kalimat tauhid yang dia ucapkan.
Secara ringkas, rukun laa ilaaha illallah ada dua, pertama meniadakan adanya hak untuk diibadahi pada dzat selain Allah. Dan yang kedua adalah menetapkan dan melakukan peribadahan hanya kepada Allah. Sedangkan rukun syahadat Muhammad rasulullah, pertama mengakui bahwa beliau adalah manusia, hamba Allah yang tidak berhak diibadahi. Dan yang kedua menetapkan bahwa beliau adalah utusan Allah, sehingga beliau tidak boleh diremehkan dan dilecehkan, bahkan harus ditaati.
Adapun syarat laa ilaaha illallah, para ulama menyebutkan ada tujuh: ilmu yang meniadakan kebodohan, keyakinan yang menolak keragu-raguan, penerimaan yang meniadakan penolakan, ketundukan yang meniadakan pengabaian, ikhlas yang menolak kesyirikan, kejujuran yang meniadakan kedustaan, dan kecintaan yang menolak kebencian.
Sedangkan syarat syahadat Muhammad rasulullah adalah, mengakui dan meyakini kerasulan beliau secara lahir dan batin, meneladani beliau dengan cara mengamalkan kebenaran yang beliau bawa dan meninggalkan kebatilan yang beliau larang, membenarkan semua berita yang beliau sampaikan, mencintai beliau lebih dari kecintaan terhadap diri sendiri, harta, anak, orangtua, dan seluruh manusia, dan mendahulukan perkataan beliau atas perkataan setiap orang serta mengamalkan sunnah (tuntunan) beliau.15
12 Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, hlm. 63.
13 Shohih Muslim (no. 234)
14 Mafatihul Khair, hlm. 13
15 Tentang rukun dan syarat dua kalimat syahadat ini, telah dijelaskan oleh Syekh Shalilh al-Fauzan dalam Aqidatul Tauhid hlm. 40-45
SYUKUR:
KUNCI NIKMAT
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mendapatkan nikmat dari Allah. Akan tetapi sayang sekali, hanya sedikit dari mereka yang mau bersyukur kepada Allah atas nikmat ini. Padahal jika mereka bersyukur, kenikmatan yang ada akan bertambah berlipat-lipat, karena syukur adalah kunci pertambahan rezeki. Allah berfirman,
"Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"." [Ibrahim: 7]
Jika seseorang memahami perkara yang agung ini, sungguh dia telah mendapatkan kunci yang sangat bermanfaat untuk memperoleh tambahan kebaikan-kebaikan. Karena semua kebaikan yang didapati seorang manusia pada hakikatnya hanyalah kenikmatan yang Allah berikan.
Rezeki yang didapati seorang hamba misalnya, Allah tidak akan memberi tambahan rezeki kepadanya kecuali jika dia mau bersyukur kepada Allah atas rezeki tersebut. Ilmu yang diperoleh seorang penuntut ilmu juga merupakan kenikmatan dari Allah.
Maka jika seorang penuntut ilmu mensyukuri Allah atas ilmu yang telah diperolehnya, niscaya Allah akan memberi tambahan ilmu kepadanya. Demikian juga dengan taufik atau hidayah keimanan yang merupakan nikmat terbesar kepada seorang hamba, akan Allah tambahkan dan tingkatkan keimanan seseorang, manakala dia mensyukurinya.
Dan tentu saja syukur yang dimaksud dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Dengan hati, kita mengakui bahwa semua kebaikan itu semata-mata pemberian dan anugrah dari Allah.
Jika ada seseorang yang menganggap bahwa dia mendapat nikmat itu karena memang dia berhak, atau karena kepandaian dan keuletannya, atau karena
usahanya, maka ini merupakan salah satu bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah, seperti yang telah Allah sebutkan tentang keadaan Qarun.
Dengan lisan, seorang hamba mengucap syukur kepada-Nya, berterima kasih kepada-Nya dan juga disyariatkan baginya memperbincangkan kenikmatan yang Allah anugrahkan kepadanya, sebagai bentuk syukur kepada-Nya.
Adapun dengan anggota badan, maka dia mempergunakan nikmat yang Allah berikan itu dalam berbagai ketaatan yang disyariatkan. Misalnya, orang yang diberi kemudahan rezeki berupa harta, maka dia bersyukur dengan banyak bersedekah dan mempergunakan harta itu dalam ketaatan, tidak menghambur-hamburka nnya, dan tidak mempergunakannya dalam kemaksiatan. Orang yang diberi ilmu, maka dia amalkan ilmu tersebut, dan dia ajarkan kepada orang lain.
KEMULIAAN
ADA PADA KETAATAN
Kemuliaan hidup adalah salah satu perkara yang dicari manusia. Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan kehinaan dalam hidupnya. Hanya saja, timbangan kemuliaan mereka berbeda-beda sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap hidup ini.
Dalam menyikapi perbedaan pandangan seperti ini, tentu sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa kehidupan ini berada di bawah kekuasaan tunggal Allah SWT, dia akan mengembalikannya kepada bagaimana sesungguhnya Allah memandang permasalahan ini. Karena Allah telah berfirman,
"Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya." [Fathir: 10]
Jika demikian, maka sesungguhnya Allah telah menyebutkan kunci kemuliaan dalam firman-Nya, "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu." [al-Hujurat: 13]
Jadi, kemuliaan sesungguhnya hanya ada pada ketakwaan. Yang mana ketakwaan ini terwujud dengan menaati Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dengan melaksanakan perintah-perintah- Nya dan menjauhi larangan-laranganNy a. Sebagian orang ada yang mencari kemuliaan hidup dengan meniru-niru orang-orang barat yang mana sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir. Cara berpakaian, kebiasaan, akhlak, tingkah laku, gaya hidup sampai pada pemikiran pun mereka tidak bisa dibedakan.
Padahal merupakan salah satu bentuk ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya SAW, adalah tidak menyerupai orang-orang kafir dalam berbagai hal yang menjadi kekhususan mereka. Rasulullah SAW bersabda,
"Aku diutus di hadapan hari kiamat, dengan membawa pedang sampai hanya Allah semata yang diibadahi, tanpa sekutu bagi-Nya. Dan rizkiku telah dijadikan berada di bawah tombakku. Dan kehinaan serta kerendahan dijadikan bagi siapa saja yang menyelisihi perkaraku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk mereka."16
16 Di-shahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami', no. 2831
KUNCI REZEKI
Terkadang, seorang manusia rela mengorbankan agama demi mendapatkan secuil rezeki. Mereka berdalih dengan perkataan yang sesungguhnya tidak pantas diucapkan, "mencari rezeki yang haram saja susah apa lagi yang halal."
Seandainya manusia meyakini bahwa rezeki telah ditetapkan oleh Allah, dan dia mengetahui kunci-kuncinya, niscaya dia akan sadar bahwa Allah sangat pemurah dalam membagi-bagi rezeki, dan sesungguhnya mencari rezeki yang halah jauh lebih mudah ketimbang rezeki yang haram.
Pada perkataan Ibnu Qayyim di atas, kita dapati beliau menjelaskan bahwa kunci rezeki adalah usaha yang dibarengi dengan istighfar dan takwa.
Usaha sebagai kunci rezeki tentunya telah jelas bagi setiap orang yang berakal sehat. Karena tatkala seseorang ingin mendapatkan rezeki berarti dia harus berusaha mengais rezeki. Namun yang menjadi focus seorang mukmin dalam berusaha adalah hendaknya usaha yang dilakukan masih dalam daerah usaha yang dibolehkan (halal).
Dan daerah ini sungguh sangat luas sekali, karena ada suatu ketentuan dalam masalah semacam ini, selama tidak ada larangan dari syariat maka usaha itu dibolehkan. Inilah yang menjadikan seorang mukmin berkeyakinan bahwa yang halal lebih mudah dari pada yang haram, karena usaha yang halal itu jauh lebih banyak dari pada yang haram.
Adapun istighfar sebagai kunci rezeki, maka bisa dipahami dari firman Allah SWT,
"Maka aku (Nabi Nuh) katakan kepada mereka, `Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampung, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." [Nuh: 10-12]
Sedangkan takwa, secara tegas Allah telah menyatakan,
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." [ath-Thalaq: 2-3]
Maka kepada orang yang masih menganggap usaha haram lebih mudah dari usaha halal, kita katakan, bertakwalah dan tinggalkanlah usaha haram, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar dan rezeki yang tidak disangka-sangka.
KUNCI
KEHIDUPAN HATI
Hati manusia, tak ubahnya seperti jasad manusia, ada yang sehat, sakit dan ada pula yang mati. Akan tetapi, kesehatan hati jauh lebih penting jika dibandingkan dengan kesehatan badan. Hal ini karena kesehatan hati merupakan faktor utama kebaikan lahiriah seorang hamba. Rasulullah SAW telah bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ini ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, niscaya akan baik seluruh tubuhnya, namun jika segumpal daging itu rusak, niscaya menjadi rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." [Muttafaq `alaihi]
Maka perhatian seorang mukmin terhadap hatinya, tidak boleh ditempatkan pada posisi yang remeh. Jika hati itu telah mati, segala bentuk kebaikan dan kebenaran tidak akan bisa diterima oleh seseorang.
Di sinilah kita dituntut untuk mengetahui kunci kehidupan hati, jika kita ingin mendapatkan dan menerima kebaikan yang banyak.
Pada perkataan Ibnul Qayyim di atas, beliau telah menjelaskan bahwa kunci kehidupan hati adalah dengan mentadabburi al-Qur'an, merendahkan diri di akhir malam, dan meninggalkan dosa. Sungguh benar apa yang beliau katakan. Al-Qur'an adalah sumber kehidupan hati. Allah SWT berfirman,
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (al-Qur'an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami, dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
Syekh Abdurrahman as-Sa'di berkata, "Allah menamai al-Quran dengan ruh, karena dengan ruh jasad bisa hidup sedangkan al-Qur'an akan menghidupkan hati dan jiwa-jiwa. Dengan al-Qur'an, kamaslahatan dunia dan agama akan menjadi hidup, karena dalam al-Qur'an terdapat banyak kebaikan dan ilmu yang melimpah."17
Makanya, sebagai obat hati yang merasa gundah gelisah, Rasulullah SAW menganjurkan kita berdoa kepada Allah agar menjadikan al-Qur'an ini sebagai penyejuk hati dan cahaya bagi dada. Yaitu dengan doa,
"Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, akan hamba-Mu (Adam), dan anak hamba perempuan-Mu (Hawa). Ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku padaku, dan ketetapan-Mu adil pada diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau menamai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu gaib yang ada di sisi-Mu, maka aku mohon dengan itu agar Engkau jadikan al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelipur kesedihanku, dan penghilang bagi kesusahanku."18
Begitu pula dengan menjauhi dosa-dosa, adalah salah satu sebab atau kunci hidupnya hati seorang hamba. Karena dosa adalah titik hitam yang mengotori hati manusia. Semakin banyak titik itu melekat dalam hati, maka akan menjadi tutupan kelam yang bisa mematikan hati manusia.
17 Taisirul Karimir Rahman, hlm. 762
18 Riwayat Ahmad dalam Musnad-nya.
ILMU:
KUNCI UTAMA
Setelah kita mengetahui sebagian dari kunci kebaikan di atas, maka di sana ada satu kunci utama sebagai pintu pertama untuk mendapatkan kunci-kunci tersebut.
Tidak lain kunci utama itu adalah ilmu. Karena dengan ilmu, seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang mendatangkan cinta dan ridha Allah, dan mana yang akan membawa pada kemurkaan-Nya. Dan dimulai dengan ilmu, seseorang bisa melakukan berbagai amalan. Imam al-Bukhari berkata,
"Ilmu itu (harus ada) sebelum berkata dan beramal."
Dan Rasulullah SAW sendiri telah menegaskan bahwa orang yang dikehendaki baiknya oleh Allah, adalah orang yang diberi pemahaman ilmu agama. Beliau bersabda,
"Barangsiapa yang Allah kehendaki ada kebaikan padanya, niscaya akan Dia pahamkan orang itu dalam perkara agama." [Muttafaq `alahi]
Oleh karena itulah, Allah SWT memerintahkan Nabi-Nya SAW untuk meminta tambahan berupa ilmu. Allah SWT berfirman,
"Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu." [Thaha: 114]
"Wahai Allah, berikanlah manfaat kepada kami dengan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, dan ajarkanlah kepada kami apa yang bermanfaat bagi kami, dan berikanlah tambahan ilmu kepada kami."
Saturday, October 10, 2009
Tiga Jenis Manusia Dalam Menghadapi Musibah
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. QS. Al-Isra’ (17) ayat 16.
“Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan”. Asy-Syuara (26) : 208
“Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman?“. QS.Al-Anbiya (21) ayat 6.
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kelaliman. QS. Al-Qashash 28 ayat 59.
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). Al-Ahqaaf (46) ayat 27.
"Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lohmahfuz)" . QS.Al-Isyra’ (17) ayat 58.
Musibah berasal dari kata ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu kaum baik berupa kesenangan maupun kesusahan, akan tetapi umumnya musibah selalu identik dengan kesusahan, padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya juga musibah juga.
Dan dengan musibah, Allah SWT hendak menguji, siapa yang paling baik amalnya.
''Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, karena Kami hendak memberi cobaan kepada mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya.'' QS Al-Kahfi (18) : 7
Dan didalam Al-Qur'an juga dijelaskan bahwa ada tiga golongan manusia dalam menghadapi musibah.
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. QS. Al-An’am (6) : 125
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Qs. Al-Baqarah (2) ayat 156
Pertama, orang yang menganggap bahwa musibah adalh sebagai hukuman dan azab kepadanya, sehingga, dia selalu merasa sempit dada dan selalu mengeluh.
Kedua, orang yang menilai bahwa musibah adalah sebagai penghapus dosa, Ia tidak pernah menyerahkan apa - apa yang menimpanya kecuali kepada Allah SWT.
Ketiga, orang yang meyakini bahwa musibah adalah ladang peningkatan iman dan takwanya, Orang yang seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah itu Allah SWT menghendaki kebaikan bagi dirinya.
Dan Musibah yang ditimpakan kepada umat manusia ada dua macam. pertama, musibah dunia dan yang kedua, musibh akhirat.
Musibah dunia salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian, dan sebagainya sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 155. ''Dan pasti akan kami uji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.''
Adapun musibah akhirat adalah orang yang tidak punya amal saleh dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala. Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Orang yang terkena musibah, bukanlah seperti yang kalian ketahui, tetapi orang yang terkena musibah yaitu yang tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya.''
Orang yang terkena musibah berupa kesusahan di dunia, jika ia hadapi dengan kesabaran, ikhtiar, dan tawakal kepada Allah SWT, hakikatnya ia tidak terkena musibah. Justru yang ia dapatkan adalah pahala
Sebaliknya, musibah kesenangan selama hidupnya, jika ia tidak pandai mensyukurinya, maka itulah musibah yang sesungguhnya. karena, bukan pahala yang ia peroleh, melainkan dosa dan siksa.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, ''Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku tiada mengeluarkan hamba-Ku yang Aku inginkan kebaikan baginya dari kehidupan dunia, sehingga Aku tebus perbuatan-perbuatan dosanya dengan penyakit pada tubuhnya, kerugian pada hartanya, kehilangan anaknya, apabila masih ada dosa yang tersisa dijadikan ia merasa berat di saat sakaratul maut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru dilahirkan.' '
Kesimpulan musibah demi musibah yang kita hadapi selama ini, masih lebih baik apabila kita mau bertobat, dan musibah demi musibah yang kita lihat , kita rasakan dan kita alami, bila kita hadapi dengan sabar, ikhlas dan tetap istikomah serta taubat sebenar benarnya taubat dan juga kembali kepada baik hukum Allah yang telah Allah SWT gariskan dan telah Allah tetapkan dalam Al-Qur'an serta bimbingan yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan untuk kita semua sesuai yang tertera dalam hadits yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, pastilah kita akan mendapat pahala serta petunjuk dan Insya Allah kita semua selamat baik dunia sampai akhirat, semoga....
Aamiin Yarobbal Alamiin
Marilah kita taubat sebenar benarnya taubat, agar musibah yang kita rasakan kita alami dan kita dengar, Allah ganti dengan keberkahan dan keridhoan serta kebahagian baik dunia sampai akhirat
“Dan Kami tidak membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan sesudah ada baginya orang-orang yang memberi peringatan”. Asy-Syuara (26) : 208
“Tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka; maka apakah mereka akan beriman?“. QS.Al-Anbiya (21) ayat 6.
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kelaliman. QS. Al-Qashash 28 ayat 59.
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). Al-Ahqaaf (46) ayat 27.
"Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lohmahfuz)" . QS.Al-Isyra’ (17) ayat 58.
Musibah berasal dari kata ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa pada sesuatu kaum baik berupa kesenangan maupun kesusahan, akan tetapi umumnya musibah selalu identik dengan kesusahan, padahal, kesenangan yang dirasakan pada hakikatnya juga musibah juga.
Dan dengan musibah, Allah SWT hendak menguji, siapa yang paling baik amalnya.
''Sesungguhnya kami telah jadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, karena Kami hendak memberi cobaan kepada mereka, siapakah di antara mereka yang paling baik amalnya.'' QS Al-Kahfi (18) : 7
Dan didalam Al-Qur'an juga dijelaskan bahwa ada tiga golongan manusia dalam menghadapi musibah.
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. QS. Al-An’am (6) : 125
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Qs. Al-Baqarah (2) ayat 156
Pertama, orang yang menganggap bahwa musibah adalh sebagai hukuman dan azab kepadanya, sehingga, dia selalu merasa sempit dada dan selalu mengeluh.
Kedua, orang yang menilai bahwa musibah adalah sebagai penghapus dosa, Ia tidak pernah menyerahkan apa - apa yang menimpanya kecuali kepada Allah SWT.
Ketiga, orang yang meyakini bahwa musibah adalah ladang peningkatan iman dan takwanya, Orang yang seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah itu Allah SWT menghendaki kebaikan bagi dirinya.
Dan Musibah yang ditimpakan kepada umat manusia ada dua macam. pertama, musibah dunia dan yang kedua, musibh akhirat.
Musibah dunia salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian, dan sebagainya sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 155. ''Dan pasti akan kami uji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.''
Adapun musibah akhirat adalah orang yang tidak punya amal saleh dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala. Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Orang yang terkena musibah, bukanlah seperti yang kalian ketahui, tetapi orang yang terkena musibah yaitu yang tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya.''
Orang yang terkena musibah berupa kesusahan di dunia, jika ia hadapi dengan kesabaran, ikhtiar, dan tawakal kepada Allah SWT, hakikatnya ia tidak terkena musibah. Justru yang ia dapatkan adalah pahala
Sebaliknya, musibah kesenangan selama hidupnya, jika ia tidak pandai mensyukurinya, maka itulah musibah yang sesungguhnya. karena, bukan pahala yang ia peroleh, melainkan dosa dan siksa.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, ''Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku tiada mengeluarkan hamba-Ku yang Aku inginkan kebaikan baginya dari kehidupan dunia, sehingga Aku tebus perbuatan-perbuatan dosanya dengan penyakit pada tubuhnya, kerugian pada hartanya, kehilangan anaknya, apabila masih ada dosa yang tersisa dijadikan ia merasa berat di saat sakaratul maut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru dilahirkan.' '
Kesimpulan musibah demi musibah yang kita hadapi selama ini, masih lebih baik apabila kita mau bertobat, dan musibah demi musibah yang kita lihat , kita rasakan dan kita alami, bila kita hadapi dengan sabar, ikhlas dan tetap istikomah serta taubat sebenar benarnya taubat dan juga kembali kepada baik hukum Allah yang telah Allah SWT gariskan dan telah Allah tetapkan dalam Al-Qur'an serta bimbingan yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan untuk kita semua sesuai yang tertera dalam hadits yang tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, pastilah kita akan mendapat pahala serta petunjuk dan Insya Allah kita semua selamat baik dunia sampai akhirat, semoga....
Aamiin Yarobbal Alamiin
Marilah kita taubat sebenar benarnya taubat, agar musibah yang kita rasakan kita alami dan kita dengar, Allah ganti dengan keberkahan dan keridhoan serta kebahagian baik dunia sampai akhirat
Indahnya Berbaik Sangka
"Hubungan yang baik antara satu dengan lain dan khususnya antara muslim yang satu dengan muslim lainnya merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Ini kerana Allah telah menggariskan bahawa mukmin itu bersaudara. Itulah sebabnya, segala bentuk sikap dan sifat yang akan memperkukuh dan memantapkan persaudaraan harus ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat merosak ukhuwah harus dihilangkan. Agar hubungan ukhuwah islamiyah itu tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus dipenuhi adalah husnuzh zhan (berbaik sangka).
Oleh kerana itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif, Allah berfirman yang ertinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan." Q.S Al-Hujuraat : 6
Manfaat Berbaik Sangka
Ada banyak nilai dan manfaat yang diperolehi seseorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzh zhan kepada orang lain.
Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, perkara ini kerana berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonian hubungan akan semakin terasa kerana tidak ada halangan psikologis yang menghambat hubungan itu.
Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama kerana buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, Allah berfirman sebagaimana yang disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 6 di atas
Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum dapat mencapainya, perkara ini memiliki erti yang sangat penting, kerana dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang boleh berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini bererti kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.
Ruginya Berburuk Sangka
Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita perolehi, baik dalam kehidupan di dunia mahupun di akhirat.
Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa, kerana disamping kita sudah menganggap orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari keburukan orang lain, juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya, Allah berfirman yang ertinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. " Q.S Al-Hujuraat : 12
Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, kerana apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya, perkara ini disabdakan oleh Rasulullah : "Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta" HR. Muttafaqun alaihi
Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tetapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan peribadi mahupun hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dll. Dalam satu hadith, Rasulullah bersabda
Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. HR. Bukhari
Larangan Berburuk Sangka
Kerana berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 12 di atas. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka masing-masing kita harus menyedari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim dan aktivis dakwah. Disamping itu, bila ada benih- benih di dalam hati perasaan berburuk sangka, maka perkara itu harus segera dicegah dan dijauhi kerana ia berasal dari godaan syaitan yang bermaksud buruk kepada kita. Dan yang lebih penting lagi adalah memperkukuh terus jalinan persaudaraan antara sesama muslim dan aktivis dakwah agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka
Oleh kerana itu, Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan. Demikian perkara-perkara dasar yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan sikap husnuzhzhan (berbaik sangka).
Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku
"Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka bererti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu salah, maka engkau sudah melakukan fitnah "
Oleh kerana itu, apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang sesuatu yang terkait dengan peribadi seseorang apalagi seorang muslim, maka kita harus melakukan tabayyun (penyelidikan) terlebih dahulu sebelum mempercayainya apalagi meresponnya secara negatif, Allah berfirman yang ertinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan." Q.S Al-Hujuraat : 6
Manfaat Berbaik Sangka
Ada banyak nilai dan manfaat yang diperolehi seseorang muslim bila dia memiliki sifat husnuzh zhan kepada orang lain.
Pertama, hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik, perkara ini kerana berbaik sangka dalam hubungan sesama muslim akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonian hubungan akan semakin terasa kerana tidak ada halangan psikologis yang menghambat hubungan itu.
Kedua, terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama kerana buruk sangka akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, Allah berfirman sebagaimana yang disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 6 di atas
Ketiga, selalu berbahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, meskipun kita sendiri belum dapat mencapainya, perkara ini memiliki erti yang sangat penting, kerana dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang boleh berkembang pada dosa-dosa baru sebagai kelanjutannya. Ini bererti kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak dan dosa serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.
Ruginya Berburuk Sangka
Manakala kita melakukan atau memiliki sifat berburuk sangka, ada sejumlah kerugian yang akan kita perolehi, baik dalam kehidupan di dunia mahupun di akhirat.
Pertama, mendapat dosa. Berburuk sangka merupakan sesuatu yang jelas-jelas bernilai dosa, kerana disamping kita sudah menganggap orang lain tidak baik tanpa dasar yang jelas, berusaha menyelidiki atau mencari-cari keburukan orang lain, juga akan membuat kita melakukan dan mengungkapkan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain yang kita berburuk sangka kepadanya, Allah berfirman yang ertinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani. " Q.S Al-Hujuraat : 12
Kedua, dusta yang besar. Berburuk sangka akan membuat kita menjadi rugi, kerana apa yang kita kemukakan merupakan suatu dusta yang sebesar-besarnya, perkara ini disabdakan oleh Rasulullah : "Jauhilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta" HR. Muttafaqun alaihi
Ketiga, menimbulkan sifat buruk. Berburuk sangka kepada orang lain tidak hanya berakibat pada penilaian dosa dan dusta yang besar, tetapi juga akan mengakibatkan munculnya sifat-sifat buruk lainnya yang sangat berbahaya, baik dalam perkembangan peribadi mahupun hubungannya dengan orang lain, sifat-sifat itu antara lain ghibah, kebencian, hasad, menjauhi hubungan dengan orang lain dll. Dalam satu hadith, Rasulullah bersabda
Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke syurga. Selama seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. HR. Bukhari
Larangan Berburuk Sangka
Kerana berburuk sangka merupakan sesuatu yang sangat tercela dan mengakibatkan kerugian, maka perbuatan ini sangat dilarang di dalam Islam sebagaimana yang sudah disebutkan pada Surah Al-Hujuraat Ayat 12 di atas. Untuk menjauhi perasaan berburuk sangka, maka masing-masing kita harus menyedari betapa hal ini sangat tidak baik dan tidak benar dalam hubungan persaudaraan, apalagi dengan sesama muslim dan aktivis dakwah. Disamping itu, bila ada benih- benih di dalam hati perasaan berburuk sangka, maka perkara itu harus segera dicegah dan dijauhi kerana ia berasal dari godaan syaitan yang bermaksud buruk kepada kita. Dan yang lebih penting lagi adalah memperkukuh terus jalinan persaudaraan antara sesama muslim dan aktivis dakwah agar yang selalu kita kembangkan adalah berbaik sangka, bukan malah berburuk sangka
Oleh kerana itu, Khalifah Umar bin Khattab menyatakan: Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau dapatkan bahawa kata-kata itu mengandungi kebaikan. Demikian perkara-perkara dasar yang harus mendapat perhatian kita dalam kaitan dengan sikap husnuzhzhan (berbaik sangka).
Ya Allah, bukakanlah ke atas kami hikmatMu dan limpahilah ke atas kami khazanah rahmatMu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku, tambahkanlah ilmuku dan luaskanlah kefahamanku. Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku
"Seandainya engkau menyampaikan keburukan saudaramu, Jika itu benar, maka bererti kamu sudah membuka aib saudaramu, dan jika itu salah, maka engkau sudah melakukan fitnah "
Friday, October 9, 2009
Malu Tapi Mahu
Pernahkah anda terhalang di dalam menyampaikan hasrat hati kepada seseorang. Halangan tersebut mungkin disebabkan malu, takut, rasa rendah diri atau sebagainya. Akhirnya si dia yang anda sukai itu menjadi milik orang lain. Dan akhirnya anda hanya tersenyum sambil mengucapkan tahniah, selamat pengantin baru!
Namun, jika dikaji sejarah hidup Rasulullah, kita boleh mempelajari sesuatu untuk mengatasi masalah itu.
Siapa tidak kenal dengan Ummul Mukminin Saidatina Khadtijah binti Khuwailid, isteri pertama Rasulullah dan orang yang paling berjasa kepada agama Islam. Beliau mula jatuh hati dengan Rasulullah setelah mendengar khabar tentang keperibadian Rasulullah semasa mengendalikan perdagangan miliknya.
Ramai yang beranggapan bahawa Khadtijah telah meminang Rasulullah. Sebenarnya, proses peminangan Khadtijah dijalankan seperti biasa mengikut adat istiadat Arab. Hamzah dan Abu Thalib (bapa-bapa saudara Rasulullah) adalah individu yang bertanggungjawab di dalam proses peminangan Khadtijah. Khadtijah pula diwakili oleh bapa saudaranya Amr Bin Asad.
Apa yang boleh kita contohi ialah cara Khadtijah menyampaikan hasrat hati beliau kepada Rasulullah. Khadtijah menggunakan perantaraan sahabat baik beliau, Nufaisah Binti Munya untuk menyampaikan maksud. Kaedah ini lebih mulia kerana dirinya sudah tentu tidak akan berasa malu kalau-kalau nabi menolak usulnya.
Dalam proses itu Nurfaisah mulu-mula merahsiakan nama Khadtijah. Beliau hanya menggunakan kiasan-kiasan untuk melindungi identiti sahabatnya. Apabila Rasulullah mula menunjukan tanda-tanda minat, barulah Nurfaisah menyatakan secara terang bahawa individu yang dimaksudkan itu adalah majikan Rasulullah sendiri. Apabila Rasulullah bersetuju, Nufaisah amat gembira dan berjanji akan membantu menguruskan semua hal dan tidak memberatkan Rasulullah.
Kemudian proses peminangan dan perkahwinan berlaku secara normal.
Kesimpulannya, cari seorang rakan yang boleh dipercayai untuk menjadi orang tengah sekiranya anda berasa malu, segan, takut atau sebagainya di dalam menyampaikan hasrat hati.
Namun, jika dikaji sejarah hidup Rasulullah, kita boleh mempelajari sesuatu untuk mengatasi masalah itu.
Siapa tidak kenal dengan Ummul Mukminin Saidatina Khadtijah binti Khuwailid, isteri pertama Rasulullah dan orang yang paling berjasa kepada agama Islam. Beliau mula jatuh hati dengan Rasulullah setelah mendengar khabar tentang keperibadian Rasulullah semasa mengendalikan perdagangan miliknya.
Ramai yang beranggapan bahawa Khadtijah telah meminang Rasulullah. Sebenarnya, proses peminangan Khadtijah dijalankan seperti biasa mengikut adat istiadat Arab. Hamzah dan Abu Thalib (bapa-bapa saudara Rasulullah) adalah individu yang bertanggungjawab di dalam proses peminangan Khadtijah. Khadtijah pula diwakili oleh bapa saudaranya Amr Bin Asad.
Apa yang boleh kita contohi ialah cara Khadtijah menyampaikan hasrat hati beliau kepada Rasulullah. Khadtijah menggunakan perantaraan sahabat baik beliau, Nufaisah Binti Munya untuk menyampaikan maksud. Kaedah ini lebih mulia kerana dirinya sudah tentu tidak akan berasa malu kalau-kalau nabi menolak usulnya.
Dalam proses itu Nurfaisah mulu-mula merahsiakan nama Khadtijah. Beliau hanya menggunakan kiasan-kiasan untuk melindungi identiti sahabatnya. Apabila Rasulullah mula menunjukan tanda-tanda minat, barulah Nurfaisah menyatakan secara terang bahawa individu yang dimaksudkan itu adalah majikan Rasulullah sendiri. Apabila Rasulullah bersetuju, Nufaisah amat gembira dan berjanji akan membantu menguruskan semua hal dan tidak memberatkan Rasulullah.
Kemudian proses peminangan dan perkahwinan berlaku secara normal.
Kesimpulannya, cari seorang rakan yang boleh dipercayai untuk menjadi orang tengah sekiranya anda berasa malu, segan, takut atau sebagainya di dalam menyampaikan hasrat hati.
Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakaraatil Maut
“Tiap - tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. QS.Al-Ankabut (29) : 57.
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. QS. Az-Zumar (39) : 30.
“Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang dhalim”. QS. Al-Jum’ah (62) : 7
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". QS. Al-Jum’ah (62) : 8.
Bila kita berbicara tentang kematian sering kali kita dicela oleh orang orang yang merasa tidak nyaman mendengarkan cerita tentang kematian itu, mereka pada umumnya menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia saja, dan pada umumnya seseorang tidak ingin memikirkan peristiwa tentang kematian dirinya, padahal tidak ada satu makhlukpun yang dapat menjamin bahwa seseorang akan tetap hidup dalam satu, dua jam kedepan, dan atau hari hari berikutnya
Betapa hebatnya bila kita setiap hari, manakala kita menyaksikan kematian orang lain yang ada disekitar kita, kita juga memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya, dan betapa hebat dan baiknya bila kita sadar dan menyadari bahwa kematian itu juga sedang mengintai dan menunggu kita, dan betapa habat yang amat luarbiasa bila kita menyadari bahwa dari detik ke detik, dari menit kemenit dari waktu kewaktu dan dari hari kehari yang kita lalui selama ini justru semakin mendekatkan diri kita dari kematian, sebagaimana juga yang berlaku bagi orang orang yang ada disekeliling kita baik yang kita saksikan kita dengar dari mulut kemulut ihwal berita duka tersebut, atau dari berbagai mass media, keistimewaan yang telah menggiringnya untuk menyiapkan berbagai bekal, seperti amal shaleh, patuh dan taat pada perintah Allah yang telah ditetapkan bagi dirinya sebagai seorang hamba yang lemah, juga dengan ikhlas tabah dan sabar manakala mendapat musibah dengan berpasarah diri kepada Nya, juga sekuat tenaga berusaha untuk menjauhi segala larangan larangan dari sang Maha Pencipta dan sang Maha memelihara dirinya, dan sekuat tenaga mempertahankan serta tidak menyekutukan Allah SWT dengan apapun, sebagai bekal yang dapat dibawa manakala maut telah menjempunya
Akan tetapi justru sebaliknya pada umumnya masyarakat kita sangat sulit dan sangat takut bila mendengar tentang kematian bahkan cenderung mereka mengalihkan perhatian serta berusaha untuk menghindar dari kematian, sebagaimana yang telah Allah SWT informasikan pada kita dalam QS. Al-Jum’ah (62) ayat 7 yang artinya tercantum diatas, dengan berbagai cara mereka mengalihkan dan berusaha untuk menghindari kematian, seseorang biasanya menghindari kematian dengan menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan kematian, mereka berpikir tentang di mana mereka akan mengadakan pertemuan, dimana mereka akan melanjutkan pendidikan atau kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, pakaian apa yang akan mereka gunakan untuk menghadiri undangan acara yang telah disiapkan, apa yang akan dimasak untuk makan nanti, serta masih banyak contoh lain, yang mereka anggap dapat mengalihkan dan menghidari dari kematian, hal-hal ini merupakan persoalan - persoalan penting yang sering kita pikirkan selama ini, karena kehidupan yang kita jalani selama ini kita artikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari - hari
Kita sadari atau tidak, kita persiapkan atau tidak, kematian merupakan hal yang pasti, dan kita semua pasti tidak akan dapat menghindari, serta melarikan diri dari kematian, sesuai firman Allah dalam QS. Al-Jum’ah (62) ayat 8 yang artinya tercantum tersebut diatas, tanpa terkecuali, kita semua pasti mati, kita semua baik yang saat ini masih hidup, maupun yang akan hidup, pasti akan menghadapi kematian yang selama ini kita hindari kehadirannya, pada hari yang telah Allah tentukan, namun justru masyarakat kita pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan dan kebetulan saja, maka manakala kita menghadapi kematian, hampir dipastikan kita tidak siap serta tidak memiliki kesiapan apapun.
Wahai saudaraku betapa indahnya, bila kematian yang telah menanti saatnya tiba untuk kita semua telah hadir menjemput kita sesuai ketetapan yang telah Allah tetapkan pada semua hambanya, sebagai hamba Allah yang beriman, Dan Allah SWT mengabulkan do’a yang telah kita panjatkan setiap saat, dengan ungkapn “ALLAHUMMA HAWWIN ALAINAA FII SAKARAATIL MAUUT” serta diakhir kata tidak terucap kata kata lain selain ucapan yang sangat indah yakni dengan ucapan “LAAILLAHAILLALLOHU MUHAMMADARASULULLOH”, dari saat kita menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, kita semua sudah tidak ada apa-apanya lagi selain hanya “seonggok daging dan tulang”, tubuh kita yang diam dan terbujur kaku akan segera dimandikan untuk yang terakhir kalinya, dan tubuh kita yang sudah menjadi mayat dibungkus kain kafan, jenazah kita yang sudah dishalati akan segera dibawa ke kuburan dalam keranda, dan sesudah jenazah kita dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi seluruh badan kita, inilah kesudahan cerita hidup kita, dan mulai saat itu kita hanyalah seorang yang namanya terukir pada batu nisan diatas kuburan
Wahai saudaraku mumpung saat ini kita masih dapat membaca, masih dapat mengedipkan mata, masih dapat menggerakkan semua anggota badan, kita masih dapat berbicara, kita masih dapat tertawa, kita juga masih dapat beraktifitas sebagaimana biasa, semua ini merupakan fungsi tubuh karena kita masih hidup, hari ini kita yang melihat dan menonton tayangan TV tentang kematian saudara saudara kita, bisa jadi suatu saat nanti saudara saudara kita dibelahan bumi lain yang menonton jenazah jenazah kita yang ditayangkan oleh berbagai mass media, dan mari kita renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh kita setelah kita mati nanti, apakah kita dapat mengucapkan duakalimah syahadat diakhir hayat kita, apakah ketika kita menemui ajal dalam keadaan taqwa atau justru sebaliknya, marilah kita segera bertaubat, agar setiap saat bila ajal menjemput kita, kita telah siap dengan sebenar benarnya berdasarkan dan sesuai tuntunan Nabi kita Nabi Muhammad SAW, serta kita semua mendapat ampunan serta keringanan juga mati dalam keadaan husnul khotimah dan bukan suul khotimah
Allaahumma innaa nas aluka Salaamatan Fiddiin Wa ‘Aafiyatan Fil Jasadi Wa Ziyaadatan Fil ‘Ilmi Wa Barakatan Fir Rizqi Wa Taubatan Qablal Maut Wa Rahmatan Indal Maut Wa Maghfiratam Ba’dal Maut Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakaraatil Maut Wan Najaata Minnannar Wal ‘Afwa Indal Hisab Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idzhadaitanaa Wa Hab Lanaa Milladunka Rahmatan Innaka Antal Wahhaab.
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”. QS. Az-Zumar (39) : 30.
“Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang dhalim”. QS. Al-Jum’ah (62) : 7
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". QS. Al-Jum’ah (62) : 8.
Bila kita berbicara tentang kematian sering kali kita dicela oleh orang orang yang merasa tidak nyaman mendengarkan cerita tentang kematian itu, mereka pada umumnya menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia saja, dan pada umumnya seseorang tidak ingin memikirkan peristiwa tentang kematian dirinya, padahal tidak ada satu makhlukpun yang dapat menjamin bahwa seseorang akan tetap hidup dalam satu, dua jam kedepan, dan atau hari hari berikutnya
Betapa hebatnya bila kita setiap hari, manakala kita menyaksikan kematian orang lain yang ada disekitar kita, kita juga memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya, dan betapa hebat dan baiknya bila kita sadar dan menyadari bahwa kematian itu juga sedang mengintai dan menunggu kita, dan betapa habat yang amat luarbiasa bila kita menyadari bahwa dari detik ke detik, dari menit kemenit dari waktu kewaktu dan dari hari kehari yang kita lalui selama ini justru semakin mendekatkan diri kita dari kematian, sebagaimana juga yang berlaku bagi orang orang yang ada disekeliling kita baik yang kita saksikan kita dengar dari mulut kemulut ihwal berita duka tersebut, atau dari berbagai mass media, keistimewaan yang telah menggiringnya untuk menyiapkan berbagai bekal, seperti amal shaleh, patuh dan taat pada perintah Allah yang telah ditetapkan bagi dirinya sebagai seorang hamba yang lemah, juga dengan ikhlas tabah dan sabar manakala mendapat musibah dengan berpasarah diri kepada Nya, juga sekuat tenaga berusaha untuk menjauhi segala larangan larangan dari sang Maha Pencipta dan sang Maha memelihara dirinya, dan sekuat tenaga mempertahankan serta tidak menyekutukan Allah SWT dengan apapun, sebagai bekal yang dapat dibawa manakala maut telah menjempunya
Akan tetapi justru sebaliknya pada umumnya masyarakat kita sangat sulit dan sangat takut bila mendengar tentang kematian bahkan cenderung mereka mengalihkan perhatian serta berusaha untuk menghindar dari kematian, sebagaimana yang telah Allah SWT informasikan pada kita dalam QS. Al-Jum’ah (62) ayat 7 yang artinya tercantum diatas, dengan berbagai cara mereka mengalihkan dan berusaha untuk menghindari kematian, seseorang biasanya menghindari kematian dengan menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan kematian, mereka berpikir tentang di mana mereka akan mengadakan pertemuan, dimana mereka akan melanjutkan pendidikan atau kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, pakaian apa yang akan mereka gunakan untuk menghadiri undangan acara yang telah disiapkan, apa yang akan dimasak untuk makan nanti, serta masih banyak contoh lain, yang mereka anggap dapat mengalihkan dan menghidari dari kematian, hal-hal ini merupakan persoalan - persoalan penting yang sering kita pikirkan selama ini, karena kehidupan yang kita jalani selama ini kita artikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari - hari
Kita sadari atau tidak, kita persiapkan atau tidak, kematian merupakan hal yang pasti, dan kita semua pasti tidak akan dapat menghindari, serta melarikan diri dari kematian, sesuai firman Allah dalam QS. Al-Jum’ah (62) ayat 8 yang artinya tercantum tersebut diatas, tanpa terkecuali, kita semua pasti mati, kita semua baik yang saat ini masih hidup, maupun yang akan hidup, pasti akan menghadapi kematian yang selama ini kita hindari kehadirannya, pada hari yang telah Allah tentukan, namun justru masyarakat kita pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan dan kebetulan saja, maka manakala kita menghadapi kematian, hampir dipastikan kita tidak siap serta tidak memiliki kesiapan apapun.
Wahai saudaraku betapa indahnya, bila kematian yang telah menanti saatnya tiba untuk kita semua telah hadir menjemput kita sesuai ketetapan yang telah Allah tetapkan pada semua hambanya, sebagai hamba Allah yang beriman, Dan Allah SWT mengabulkan do’a yang telah kita panjatkan setiap saat, dengan ungkapn “ALLAHUMMA HAWWIN ALAINAA FII SAKARAATIL MAUUT” serta diakhir kata tidak terucap kata kata lain selain ucapan yang sangat indah yakni dengan ucapan “LAAILLAHAILLALLOHU MUHAMMADARASULULLOH”, dari saat kita menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, kita semua sudah tidak ada apa-apanya lagi selain hanya “seonggok daging dan tulang”, tubuh kita yang diam dan terbujur kaku akan segera dimandikan untuk yang terakhir kalinya, dan tubuh kita yang sudah menjadi mayat dibungkus kain kafan, jenazah kita yang sudah dishalati akan segera dibawa ke kuburan dalam keranda, dan sesudah jenazah kita dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi seluruh badan kita, inilah kesudahan cerita hidup kita, dan mulai saat itu kita hanyalah seorang yang namanya terukir pada batu nisan diatas kuburan
Wahai saudaraku mumpung saat ini kita masih dapat membaca, masih dapat mengedipkan mata, masih dapat menggerakkan semua anggota badan, kita masih dapat berbicara, kita masih dapat tertawa, kita juga masih dapat beraktifitas sebagaimana biasa, semua ini merupakan fungsi tubuh karena kita masih hidup, hari ini kita yang melihat dan menonton tayangan TV tentang kematian saudara saudara kita, bisa jadi suatu saat nanti saudara saudara kita dibelahan bumi lain yang menonton jenazah jenazah kita yang ditayangkan oleh berbagai mass media, dan mari kita renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh kita setelah kita mati nanti, apakah kita dapat mengucapkan duakalimah syahadat diakhir hayat kita, apakah ketika kita menemui ajal dalam keadaan taqwa atau justru sebaliknya, marilah kita segera bertaubat, agar setiap saat bila ajal menjemput kita, kita telah siap dengan sebenar benarnya berdasarkan dan sesuai tuntunan Nabi kita Nabi Muhammad SAW, serta kita semua mendapat ampunan serta keringanan juga mati dalam keadaan husnul khotimah dan bukan suul khotimah
Allaahumma innaa nas aluka Salaamatan Fiddiin Wa ‘Aafiyatan Fil Jasadi Wa Ziyaadatan Fil ‘Ilmi Wa Barakatan Fir Rizqi Wa Taubatan Qablal Maut Wa Rahmatan Indal Maut Wa Maghfiratam Ba’dal Maut Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakaraatil Maut Wan Najaata Minnannar Wal ‘Afwa Indal Hisab Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idzhadaitanaa Wa Hab Lanaa Milladunka Rahmatan Innaka Antal Wahhaab.
Haji Dan Umrah
Ibadat haji dan umrah merupakan satu amalan yang mesti dilakukan oleh setiap Muslim mukalaf yang berkemampuan, sekali dalam seumur hidupnya.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Imran: 97 yang bermaksud: Dan Allah SWT mewajibkan manusia mengerjakan ibadat haji dengan mengunjungi Baitullah iaitu sesiapa yang mampu dan berkuasa sampai kepadanya. Dan sesiapa yang kufur (ingkarkan kewajipan ibadat haji itu) maka sesungguhnya Allah SWT Maha Kaya (tidak berhajat kepada sesuatu pun) daripada sekalian makhluk.
Rezeki yang diberi oleh Allah selalu digunakan untuk keperluan seperti makan, minum dan sebagainya. Elok benar sekiranya rezeki yang melebihi keperluan harian disimpan dan diguna untuk beribadat kepada Allah. Oleh itu, sewajarnya mereka yang diberi rezeki yang lebih oleh Allah untuk menunaikan haji dan umrah.
Ali r.a. berkata Rasulullah bersabda : "Barang siapa ada bekalan dan cukup perbelanjaan untuk menunaikan fardu haji tetapi ia tidak menunaikan fardu haji, maka tidak ada beza baginya mati sebagai Yahudi ataupun Kristian."
RUKUN HAJI DAN UMRAH
Rukun haji atau umrah adalah satu pekerjaan yang mesti dilakukan oleh mereka yang melaksanakan haji atau umrah. Jika tidak ditunaikan, sama ada sengaja atau tidak, maka tidak sah haji atau umrahnya.
Dengan itu, setiap jemaah perlu mempelajari amalan-amalan haji dan umrah dengan sebaik-baiknya. Diingatkan juga para jemaah tidak boleh mengambil mudah perkara ini kerana ia adalah kesempurnaan haji atau umrah.
Jika jemaah tidak laksana rukun-rukun itu atau laksana tetapi tidak sempurna mengikut syarat-syaratnya, maka tidak sah haji atau umrahnya.
Harapan kita untuk laksanakan haji atau umrah bagi dapat pahala, tetapi bukan pahala yang dapat, sebaliknya bala. Sebabnya, kerana tidak laksanakan amalan-amalan rukunnya dengan sempurna. Keadaan ini selalu berlaku kerana kita tidak mahu belajar dan mengambil mudah. Malah ada setengah di kalangan kita menganggap ia seperti pergi melancong ke tempat-tempat bersejarah yang lain.
Salah satu perbezaan amalan haji dan umrah dengan amalan-amalan lain dari segi perlaksaannya, apabila bermula maka ia mestilah diselesaikan amalan-amalan sehingga tahallul jika tidak akan dikenakan dam. Begitu juga berpindah daripada rukun ke rukun lain melainkan telah selesai dan sempurna rukun yang sebelumnya
RUKUN HAJI
1. Niat ihram haji, 2. Wukuf, 3. Tawaf, 4. Saie, 5. Bergunting/bercukur dan 6. Tertib pada kebanyakan rukun
RUKUN UMRAH
1. Niat ihram umrah,
2. Tawaf,
3. Saie,
4. Bergunting/bercukur dan
5. Tertib
Rukun pertama haji dan umrah
1. Niat ihram haji
"Sahaja aku mengerjakan haji dan berihram dengannya kerana Allah SWT"
Niat ihram umrah
"Sahaja aku mengerjakan umrah dan berihram dengannya kerana Allah SWT"
Dengan niat ihram, maka diharamkan ke atas mereka melakukan perkara-perkara yang dilarang dalam masa ihram. Oleh itu, sebelum mereka berniat ihram disunatkan mereka melakukan perkara-perkara seperti berikut: i. Mengerat kuku, ii. Mendandan misai dan rambut, iii. Menanggalkan bulu-bulu ketiak, ari-ari dan sebagainya. iv. Mandi sunat ihram dengan niat "Sahaja aku mandi sunat ihram kerana Allah SWT", v. Mengambil wuduk, vi. Memakai minyak rambut, vii. Memakai kain ihram warna putih, viii. Mendirikan solat sunat ihram
Setelah itu bolehlah berniat ihram serta bertalbiah. Bagi wanita haid dan nifas dibolehkan berniat ihram. Ihram haji atau umrah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah r.ha tentang haid. "Engkau buatlah apa sahaja yang dilakukan orang yang mengerjakan haji kecuali tawaf."
2. Rukun kedua haji (tiada pada umrah)
WUQUF DI ARAFAH
Arafah adalah satu padang yang terletak di Wadi Wuranah sebelah Muzdalifah dan dikelilingi bukit pasir yang menghala ke Taif. Jemaah haji perlu berada di sini walaupun seketika dalam sebarang keadaan seperti duduk, berbaring atau tidur bermula dari gelincir matahari (masuk waktu Zuhur) 9 Zulhijjah sehingga sebelum terbit fajar (masuk waktu Subuh) 10 Zulhijjah.
Oleh itu, syarat sah berwuquf, jemaah telah berniat dengan niat haji, jemaah berkeadaan seorang yang layak menunaikan ibadat (tidak gila, pengesan, mabuk dan hilang akal sepanjang masa wuquf) dan jemaah perlu berada di situ walaupun seketika. (dalam waktu wuquf
3. Rukun ketiga bagi haji dan kedua bagi umrah.
TAWAF HAJI DAN UMRAH
Mengelilingi kaabah sebanyak tujuh kali dengan syarat-syaratnya seperti berikut: i. Berwuduk (suci daripada hadas besar dan kecil), ii. Menutup aurat, iii. Suci badan, pakaian dan tempat tawaf daripada najis, iv. Bermula dan berakhir di sudut Hajarul Aswad, v. Menjadikan kaabah di sebelah kiri dan berjalan ke hadapan, vi. Dilakukan dalam Masjidil Haram dan di luar binaan kaabah, Hijir Ismail dan Syazarwan, vii. Tetap niat tawaf sepanjang masa tawaf, viii. Cukup tujuh pusingan dengan yakin.
Dalam isu batal wuduk semasa mengerjakan tawaf, maslahat jemaah haji dijamin, masyaqquh dan haraj mereka seperti kesesakan di tempat tawaf yang boleh menyebabkan berlaku persentuhan lelaki dan perempuan, ia dapat dihindarkan dengan beralih daripada pendapat Syafie yang masyhur dan berpegang kepada pendapat marjuh dalam Mazhab Syafie.
Jemaah haji boleh menggunakan pendapat yang menyatakan tidak batal wuduk jika berlaku persentuhan lelaki dan perempuan tanpa syahwat. (Muzakarah Haji Kali 21. 5-7 Jun 2005)
6.Rukun kelima bagi haji dan keempat bagi umrah
Bergunting/bercukur
Bergunting atau bercukur membawa pengertian ialah menanggalkan sekurang-kurangnya tiga helai rambut di kepala dengan menurut syarat-syarat sahnya; i. Telah masuk waktu
(Bergunting/ bercukur untuk haji bermula tengah malam 10 Zulhijjah)
(waktu bergunting/bercukur umrah ialah setelah selesai saie umrah), ii. Rambut di kepala, iii. Tidak kurang daripada tiga helai rambut.
Ibadat haji ada dua Tahallul iaitu Tahallul Awal dan Tahallul Thani. Tahallul Awal terhasil apabila jemaah haji selesai mengerjakan dua daripada tiga perkara berikut: i. Melontar jamrah kubra (10 Zulhijjah) masa melontar bermula tengah malam 10 Zulhijjah hingga terbenam matahari 13 Zulhijjah, ii. Bergunting/bercukur , iii. Tawaf rukun dan saie rukun.
Ibadat haji ada dua Tahallul iaitu Tahallul Awal dan Tahallul Thani. Tahallul Awal terhasil apabila jemaah haji selesai mengerjakan dua daripada tiga perkara berikut: i. Melontar jamrah kubra (10 Zulhijjah) masa melontar bermula tengah malam 10 Zulhijjah hingga terbenam matahari 13 Zulhijjah, ii. Bergunting/bercukur , iii. Tawaf rukun dan saie rukun.
Tahallul Thani dikira selesai apabila jemaah melakukan ketiga-tiga perkara tersebut. Dengan itu dapatlah kita fahami bahawa bertahallul itu, terhasil bukan saja dengan bergunting/bercukur rambut. Begitu juga boleh bergunting rambut orang lain sebelum ia menggunting rambutnya.
Cuma afdalnya ia bergunting atau bercukur bagi dirinya terlebih dahulu sebelum ia mencukur/mengguntin g orang lain. Sah juga ia mencabut rambut di kepala tanpa berguting. Boleh gunting rambut di mana-mana bahagian rambut tidak semestinya di pangkal rambut.
6. Rukun keenam bagi haji (tertib pada kebanyakan rukun) rukun kelima bagi umrah (Tertib)
Haji - Tertib Pada Kebanyakan Rukun
Rukun haji dikerjakan dengan tertib pada kebanyakan rukun iaitu didahulukan niat ihram dan rukun-rukun yang lain didahulukan wukuf dari tawaf ifadah dan didahulukan tawaf dari saie. Saie haji boleh mendahului wukuf dengan syarat telah melakukan Tawaf Qudum, begitu juga bercukur/bergunting boleh mendahului tawaf jika telah masuk waktunya.
Umrah - Tertib
Melaksanakan rukun umrah satu persatu iaitu yang dahulu didahulukan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Imran: 97 yang bermaksud: Dan Allah SWT mewajibkan manusia mengerjakan ibadat haji dengan mengunjungi Baitullah iaitu sesiapa yang mampu dan berkuasa sampai kepadanya. Dan sesiapa yang kufur (ingkarkan kewajipan ibadat haji itu) maka sesungguhnya Allah SWT Maha Kaya (tidak berhajat kepada sesuatu pun) daripada sekalian makhluk.
Rezeki yang diberi oleh Allah selalu digunakan untuk keperluan seperti makan, minum dan sebagainya. Elok benar sekiranya rezeki yang melebihi keperluan harian disimpan dan diguna untuk beribadat kepada Allah. Oleh itu, sewajarnya mereka yang diberi rezeki yang lebih oleh Allah untuk menunaikan haji dan umrah.
Ali r.a. berkata Rasulullah bersabda : "Barang siapa ada bekalan dan cukup perbelanjaan untuk menunaikan fardu haji tetapi ia tidak menunaikan fardu haji, maka tidak ada beza baginya mati sebagai Yahudi ataupun Kristian."
RUKUN HAJI DAN UMRAH
Rukun haji atau umrah adalah satu pekerjaan yang mesti dilakukan oleh mereka yang melaksanakan haji atau umrah. Jika tidak ditunaikan, sama ada sengaja atau tidak, maka tidak sah haji atau umrahnya.
Dengan itu, setiap jemaah perlu mempelajari amalan-amalan haji dan umrah dengan sebaik-baiknya. Diingatkan juga para jemaah tidak boleh mengambil mudah perkara ini kerana ia adalah kesempurnaan haji atau umrah.
Jika jemaah tidak laksana rukun-rukun itu atau laksana tetapi tidak sempurna mengikut syarat-syaratnya, maka tidak sah haji atau umrahnya.
Harapan kita untuk laksanakan haji atau umrah bagi dapat pahala, tetapi bukan pahala yang dapat, sebaliknya bala. Sebabnya, kerana tidak laksanakan amalan-amalan rukunnya dengan sempurna. Keadaan ini selalu berlaku kerana kita tidak mahu belajar dan mengambil mudah. Malah ada setengah di kalangan kita menganggap ia seperti pergi melancong ke tempat-tempat bersejarah yang lain.
Salah satu perbezaan amalan haji dan umrah dengan amalan-amalan lain dari segi perlaksaannya, apabila bermula maka ia mestilah diselesaikan amalan-amalan sehingga tahallul jika tidak akan dikenakan dam. Begitu juga berpindah daripada rukun ke rukun lain melainkan telah selesai dan sempurna rukun yang sebelumnya
RUKUN HAJI
1. Niat ihram haji, 2. Wukuf, 3. Tawaf, 4. Saie, 5. Bergunting/bercukur dan 6. Tertib pada kebanyakan rukun
RUKUN UMRAH
1. Niat ihram umrah,
2. Tawaf,
3. Saie,
4. Bergunting/bercukur dan
5. Tertib
Rukun pertama haji dan umrah
1. Niat ihram haji
"Sahaja aku mengerjakan haji dan berihram dengannya kerana Allah SWT"
Niat ihram umrah
"Sahaja aku mengerjakan umrah dan berihram dengannya kerana Allah SWT"
Dengan niat ihram, maka diharamkan ke atas mereka melakukan perkara-perkara yang dilarang dalam masa ihram. Oleh itu, sebelum mereka berniat ihram disunatkan mereka melakukan perkara-perkara seperti berikut: i. Mengerat kuku, ii. Mendandan misai dan rambut, iii. Menanggalkan bulu-bulu ketiak, ari-ari dan sebagainya. iv. Mandi sunat ihram dengan niat "Sahaja aku mandi sunat ihram kerana Allah SWT", v. Mengambil wuduk, vi. Memakai minyak rambut, vii. Memakai kain ihram warna putih, viii. Mendirikan solat sunat ihram
Setelah itu bolehlah berniat ihram serta bertalbiah. Bagi wanita haid dan nifas dibolehkan berniat ihram. Ihram haji atau umrah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah r.ha tentang haid. "Engkau buatlah apa sahaja yang dilakukan orang yang mengerjakan haji kecuali tawaf."
2. Rukun kedua haji (tiada pada umrah)
WUQUF DI ARAFAH
Arafah adalah satu padang yang terletak di Wadi Wuranah sebelah Muzdalifah dan dikelilingi bukit pasir yang menghala ke Taif. Jemaah haji perlu berada di sini walaupun seketika dalam sebarang keadaan seperti duduk, berbaring atau tidur bermula dari gelincir matahari (masuk waktu Zuhur) 9 Zulhijjah sehingga sebelum terbit fajar (masuk waktu Subuh) 10 Zulhijjah.
Oleh itu, syarat sah berwuquf, jemaah telah berniat dengan niat haji, jemaah berkeadaan seorang yang layak menunaikan ibadat (tidak gila, pengesan, mabuk dan hilang akal sepanjang masa wuquf) dan jemaah perlu berada di situ walaupun seketika. (dalam waktu wuquf
3. Rukun ketiga bagi haji dan kedua bagi umrah.
TAWAF HAJI DAN UMRAH
Mengelilingi kaabah sebanyak tujuh kali dengan syarat-syaratnya seperti berikut: i. Berwuduk (suci daripada hadas besar dan kecil), ii. Menutup aurat, iii. Suci badan, pakaian dan tempat tawaf daripada najis, iv. Bermula dan berakhir di sudut Hajarul Aswad, v. Menjadikan kaabah di sebelah kiri dan berjalan ke hadapan, vi. Dilakukan dalam Masjidil Haram dan di luar binaan kaabah, Hijir Ismail dan Syazarwan, vii. Tetap niat tawaf sepanjang masa tawaf, viii. Cukup tujuh pusingan dengan yakin.
Dalam isu batal wuduk semasa mengerjakan tawaf, maslahat jemaah haji dijamin, masyaqquh dan haraj mereka seperti kesesakan di tempat tawaf yang boleh menyebabkan berlaku persentuhan lelaki dan perempuan, ia dapat dihindarkan dengan beralih daripada pendapat Syafie yang masyhur dan berpegang kepada pendapat marjuh dalam Mazhab Syafie.
Jemaah haji boleh menggunakan pendapat yang menyatakan tidak batal wuduk jika berlaku persentuhan lelaki dan perempuan tanpa syahwat. (Muzakarah Haji Kali 21. 5-7 Jun 2005)
6.Rukun kelima bagi haji dan keempat bagi umrah
Bergunting/bercukur
Bergunting atau bercukur membawa pengertian ialah menanggalkan sekurang-kurangnya tiga helai rambut di kepala dengan menurut syarat-syarat sahnya; i. Telah masuk waktu
(Bergunting/ bercukur untuk haji bermula tengah malam 10 Zulhijjah)
(waktu bergunting/bercukur umrah ialah setelah selesai saie umrah), ii. Rambut di kepala, iii. Tidak kurang daripada tiga helai rambut.
Ibadat haji ada dua Tahallul iaitu Tahallul Awal dan Tahallul Thani. Tahallul Awal terhasil apabila jemaah haji selesai mengerjakan dua daripada tiga perkara berikut: i. Melontar jamrah kubra (10 Zulhijjah) masa melontar bermula tengah malam 10 Zulhijjah hingga terbenam matahari 13 Zulhijjah, ii. Bergunting/bercukur , iii. Tawaf rukun dan saie rukun.
Ibadat haji ada dua Tahallul iaitu Tahallul Awal dan Tahallul Thani. Tahallul Awal terhasil apabila jemaah haji selesai mengerjakan dua daripada tiga perkara berikut: i. Melontar jamrah kubra (10 Zulhijjah) masa melontar bermula tengah malam 10 Zulhijjah hingga terbenam matahari 13 Zulhijjah, ii. Bergunting/bercukur , iii. Tawaf rukun dan saie rukun.
Tahallul Thani dikira selesai apabila jemaah melakukan ketiga-tiga perkara tersebut. Dengan itu dapatlah kita fahami bahawa bertahallul itu, terhasil bukan saja dengan bergunting/bercukur rambut. Begitu juga boleh bergunting rambut orang lain sebelum ia menggunting rambutnya.
Cuma afdalnya ia bergunting atau bercukur bagi dirinya terlebih dahulu sebelum ia mencukur/mengguntin g orang lain. Sah juga ia mencabut rambut di kepala tanpa berguting. Boleh gunting rambut di mana-mana bahagian rambut tidak semestinya di pangkal rambut.
6. Rukun keenam bagi haji (tertib pada kebanyakan rukun) rukun kelima bagi umrah (Tertib)
Haji - Tertib Pada Kebanyakan Rukun
Rukun haji dikerjakan dengan tertib pada kebanyakan rukun iaitu didahulukan niat ihram dan rukun-rukun yang lain didahulukan wukuf dari tawaf ifadah dan didahulukan tawaf dari saie. Saie haji boleh mendahului wukuf dengan syarat telah melakukan Tawaf Qudum, begitu juga bercukur/bergunting boleh mendahului tawaf jika telah masuk waktunya.
Umrah - Tertib
Melaksanakan rukun umrah satu persatu iaitu yang dahulu didahulukan.
Rasulluah Penyelamat Aqidah Ummah
Susasana masyarakat pada zaman Jahiliah begitu muram dan suram, kerana ia diselubungi pelbagai bentuk kedurjanaan akibat tindakan manusia yang cenderung kepada kejahatan.Orang berkuasa melakukan pelbagai penyelewengan, kezaliman, penindasan dan bermacam-macam lagi yang boleh disifatkan sebagai ketidak-perikemanus iaan.Perkara ini berlaku kerana manusia pada ketika itu telah hilang punca sebenar kebenaran. Golongan wanita dianggap alat tunggangan lelaki. Mereka tidak ada tempat dalam masyarakat, malah tiada nilai sedikit pun pada sisi orang lelaki.
Anak-anak perempuan ditanam hidup-hidup kerana mereka dianggap pembawa sial kepada ibu bapa.Penyembahan berhala serta patung-patung hasil ciptaan tangan manusia mendapat tempat di hati masyarakat pada masa itu. Pokoknya kehidupan mereka jauh daripada suasana damai, aman, tenang dan meyakinkan.
Justeru, bagi menyelamatkan mereka daripada terus bergelumang dan tenggelam dengan amalan-amalan yang songsang lagi syirik di sisi Allah SWT, maka Allah tidak terus membiarkan hamba-hamba- Nya sedemikian rupa.Maka diutusnya Rasul terakhir bagi menyelamatkan pegangan dan akidah mereka supaya hati mereka lurus hanya untuk Allah SWT.Allah menjelaskan menerusi ayat 9 surah as-Sof, maksudnya:
"Dia (Allah) telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa hidayah dan agama yang benar (Islam), agar ia dapat mengalahkan agama-agama yang ada seluruhnya, walaupun tindakan itu dibenci oleh orang-orang kafir."Jelas ayat di atas menunjukkan, bahawa Allah mengutus Nabi Muhammad s.a.w. adalah untuk membawa agama Islam ke bumi bagi menyelamatkan manusia seluruhnya daripada terus berada dalam kesyirikan kepada Allah.Kenapa Makkah jadi pilihan?Menurut ulama Sirah, Allah memilih Makkah kerana ia betul-betul berada di tengah bola dunia (globe). Ia memudahkan proses penyampaian agama Islam ke seluruh dunia, kerana dari Makkah mempunyai jalan mudah untuk sampai ke Eropah Timur melalui Syria, Turki dan seterusnya Bulgaria.Di sebelah barat pula melalui Mesir, Libya, Tunisia, Algeria dan Maghribi untuk ke Sepanyol dan negara-negara Afrika, sementara melalui Yaman pula adalah laluan untuk menuju ke negara-negara Asia melalui jalan laut.Demikianlah hikmah Allah SWT memilih Makkah, di kalangan bangsa Arab untuk tujuan penyebaran Islam, selain penentangan Bani Israil terhadap Nabi-nabi mereka.
Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah s.a.w. adalah untuk menyelamatkan manusia sesuai dengan sifat namanya Islam iaitu penyelamat.Ia adalah untuk menyelamatkan manusia sejagat daripada melakukan kezaliman, penindasan dan pelbagai tindakan kedurjanaan, agar mereka berlaku adil, sopan, bermaruah walaupun ia tidak disukai oleh golongan yang menentang Allah.Suasana seumpama ini akan terus berlangsung sampai ke hari kiamat selagi mana manusia masih tidak tunduk kepada Tuhan mereka yang benar iaitu Allah SWT
Anak-anak perempuan ditanam hidup-hidup kerana mereka dianggap pembawa sial kepada ibu bapa.Penyembahan berhala serta patung-patung hasil ciptaan tangan manusia mendapat tempat di hati masyarakat pada masa itu. Pokoknya kehidupan mereka jauh daripada suasana damai, aman, tenang dan meyakinkan.
Justeru, bagi menyelamatkan mereka daripada terus bergelumang dan tenggelam dengan amalan-amalan yang songsang lagi syirik di sisi Allah SWT, maka Allah tidak terus membiarkan hamba-hamba- Nya sedemikian rupa.Maka diutusnya Rasul terakhir bagi menyelamatkan pegangan dan akidah mereka supaya hati mereka lurus hanya untuk Allah SWT.Allah menjelaskan menerusi ayat 9 surah as-Sof, maksudnya:
"Dia (Allah) telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa hidayah dan agama yang benar (Islam), agar ia dapat mengalahkan agama-agama yang ada seluruhnya, walaupun tindakan itu dibenci oleh orang-orang kafir."Jelas ayat di atas menunjukkan, bahawa Allah mengutus Nabi Muhammad s.a.w. adalah untuk membawa agama Islam ke bumi bagi menyelamatkan manusia seluruhnya daripada terus berada dalam kesyirikan kepada Allah.Kenapa Makkah jadi pilihan?Menurut ulama Sirah, Allah memilih Makkah kerana ia betul-betul berada di tengah bola dunia (globe). Ia memudahkan proses penyampaian agama Islam ke seluruh dunia, kerana dari Makkah mempunyai jalan mudah untuk sampai ke Eropah Timur melalui Syria, Turki dan seterusnya Bulgaria.Di sebelah barat pula melalui Mesir, Libya, Tunisia, Algeria dan Maghribi untuk ke Sepanyol dan negara-negara Afrika, sementara melalui Yaman pula adalah laluan untuk menuju ke negara-negara Asia melalui jalan laut.Demikianlah hikmah Allah SWT memilih Makkah, di kalangan bangsa Arab untuk tujuan penyebaran Islam, selain penentangan Bani Israil terhadap Nabi-nabi mereka.
Islam yang dibawa oleh baginda Rasulullah s.a.w. adalah untuk menyelamatkan manusia sesuai dengan sifat namanya Islam iaitu penyelamat.Ia adalah untuk menyelamatkan manusia sejagat daripada melakukan kezaliman, penindasan dan pelbagai tindakan kedurjanaan, agar mereka berlaku adil, sopan, bermaruah walaupun ia tidak disukai oleh golongan yang menentang Allah.Suasana seumpama ini akan terus berlangsung sampai ke hari kiamat selagi mana manusia masih tidak tunduk kepada Tuhan mereka yang benar iaitu Allah SWT
Waktu Gempa Bumi Sama Dengan Ayat dan Surah Dalam Al-Quran
Bismillah Allahummasolli' alamuhammad wa'alaalimuhammad Salamun 'alaikum
Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qurâan! demikian bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qurâan dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan Allah Swt. Demikian ayatayat Allah Swt tersebut:
17.16 (QS. Al Israaâ ayat 16): Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
17.58 (QS. Al Israaâ ayat 58): Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).
8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firâaun dan pengikut-pengikutny a serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.
Tiga ayat Allah Swt di atas, yang ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera, berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian, dan kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan keadaan Firâaun dan pengikut-pengikutny a. Ini tentu sangat menarik. sumber; eramuslim
Gempa di Padang jam 17.16, gempa susulan 17.58, esoknya gempa di Jambi jam 8.52. Coba lihat Al-Qurâan! demikian bunyi pesan singkat yang beredar. Siapa pun yang membuka Al-Qurâan dengan tuntunan pesan singkat tersebut akan merasa kecil di hadapan Allah Swt. Demikian ayatayat Allah Swt tersebut:
17.16 (QS. Al Israaâ ayat 16): Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
17.58 (QS. Al Israaâ ayat 58): Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya) , melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).
8.52 (QS. Al Anfaal: 52): (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firâaun dan pengikut-pengikutny a serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.
Tiga ayat Allah Swt di atas, yang ditunjukkan tepat dalam waktu kejadian tiga gempa kemarin di Sumatera, berbicara mengenai azab Allah berupa kehancuran dan kematian, dan kaitannya dengan hidup bermewah-mewah dan kedurhakaan, dan juga dengan keadaan Firâaun dan pengikut-pengikutny a. Ini tentu sangat menarik. sumber; eramuslim
Panduan Memilih Jodoh Daripada Rasullah
Bagi golongan lelaki, Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Seorang wanita itu dinikahi kerana empat; kerana hartanya, kerana keturunannya, kerana kecantikkannya dan kerana agamanya. Maka hendaklah kamu mengutamakan yang beragama, nescaya kamu berbahagia.” Hadith ini telah direkodkan oleh kedua-kedua Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih mereka serta imam hadith yang lain.
Secara terang Rasulullah s.a.w telah mengarahkan agar seorang lelaki memilih wanita yang beragama sebagai isteri serta menjanjikan kebahagiaan ke atas pilihan yang berasaskan agama.
Bagi golongan wanita pula Rasulullah telah mengenakan dua syarat pilihan iaitu hanya menerima lelaki yang beragama dan berakhlak sebagai suami. Ini menunjukkan Islam amat menjaga kebajikan wanita.Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia, jika tidak kamu lakukan demikian akan berlakulah fitnah di bumi dan kerosakkan yang besar.”
Di dalam riwayat yang lain, menurut Abu Hatim al-Muzani r.a., selepas Rasulullah s.a.w bersabda seperti di atas, lalu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah ! Walaupun dia telah mempunyai isteri?” Lalu Rasulullah s.a.w mengulangi, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia!” sebanyak tiga kali.
Secara terang Rasulullah s.a.w telah mengarahkan agar seorang lelaki memilih wanita yang beragama sebagai isteri serta menjanjikan kebahagiaan ke atas pilihan yang berasaskan agama.
Bagi golongan wanita pula Rasulullah telah mengenakan dua syarat pilihan iaitu hanya menerima lelaki yang beragama dan berakhlak sebagai suami. Ini menunjukkan Islam amat menjaga kebajikan wanita.Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia, jika tidak kamu lakukan demikian akan berlakulah fitnah di bumi dan kerosakkan yang besar.”
Di dalam riwayat yang lain, menurut Abu Hatim al-Muzani r.a., selepas Rasulullah s.a.w bersabda seperti di atas, lalu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah ! Walaupun dia telah mempunyai isteri?” Lalu Rasulullah s.a.w mengulangi, “Apabila orang yang engkau redha agama dan akhlaknya datang meminang, maka kahwinkanlah dia!” sebanyak tiga kali.
Caci Hina
Di dalam sebuah hadith yang sohih, Baginda Rasulullah SAW bersabda:- Maksudnya: " Setiap orang Islam ke atas orang Islam yang lain, diharamkan darahnya (yakni tidak boleh membunuhnya) , hartanya (tidak boleh dirampas) dan kehormatannya (tidak boleh dicaci hina)".
Justeru itu, Islam sebagai agama kemulian, agama perdamaian dan agama perpaduan melarang keras umatnya daripada perbuatan menyakiti kaum muslimin yang lain dengan sebarang perilaku buruk dan cabul, atau dengan kata bicara yang lojik dan menghina, lebih-lebih lagi Islam melarang umatnya mengutuk, maki hamun, mencerca dan mengeluarkan kata-kata mencarut terhadap orang lain. Semua perilaku tersebut adalah termasuk di dalam kategori dosa-dosa besar yang dibenci oleh agama Islam maha suci. Kerana ianya tidak menawarkan apa-apa pulangan baik dan keuntungan yang memberangsangkan, melainkan ia akan menarik kepada perselisihan dan permusuhan di antara umat Islam.
Firman Allah di dalam surah Al-Ahzab: ayat 58:- Maksudnya: " Mereka yg menyakiti orang-orang mu'min lelaki dan perempuan, terhadap suatu perkara yg tidak mereka lakukan, sesungguhnya mereka memikul fitnah dan dosa yang nyata"
Suatu kali, Baginda Rasulullah SAW bercerita: "Bahawa pada malam Baginda di israkkan oleh Allah,. Baginda telah melepasi segolongan manusia yg berkuku tajam daripada tembaga. Mereka mencakar muka dan dada mereka sendiri tanpa henti, lalu memancutlah darah keluar beserta daging muka dan dada mereka koyak dalam keadaan yg amat mengerikan. Lalu Baginda bertanya kepada malaikat; Wahai Jibril! siapakah gerangan orang-orang itu? Malaikat Jibril menjawab: itulah, mereka yg memakan daging manusia (yakni suka mengumpat sentiasa dan mencemarkan kehormatan orang lain)".
Benarlah apa yg difirmankan oleh Allah di dalam surah Al-Hujurat, ayat 10 - 12, yang melarang kita daripada enam perkara yg boleh menjejaskan perpaduan dan keutuhan kita umat Islam.
1. Jangan mencemuh dan merendah-rendahkan puak atau orang lain.
2. Jangan sekali-kali menyata dan menjatuhkan keaiban orang lain.
3. Jangan panggil memanggil dengan panggilan yg buruk atau menghinakan.
4. Hindarilah diri daripada berburuk-sangka.
5. Jangan hendaknya suka mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain.
6. Jangan suka umpat mengumpat dan keji mengeji di antara kita umat Islam.
Marilah atas dasar dan semangat cintakan kehidupan yang diredhai Allah, sama-sama kita hidup dalam suasana harmoni, hidup saling hormat menghormati, saling kasih mengasihi dan saling bantu membantu di antara Islam lain.
Walau apa pun alasan kita, Islam melarang keras umatnya daripada sikap kutuk mengutuk, hina menghina dan mengeji orang lain. Sebagaimana kita tidak mahu orang mencarut dan menghina kita, maka begitulah juga orang lain.
Wassalam
Justeru itu, Islam sebagai agama kemulian, agama perdamaian dan agama perpaduan melarang keras umatnya daripada perbuatan menyakiti kaum muslimin yang lain dengan sebarang perilaku buruk dan cabul, atau dengan kata bicara yang lojik dan menghina, lebih-lebih lagi Islam melarang umatnya mengutuk, maki hamun, mencerca dan mengeluarkan kata-kata mencarut terhadap orang lain. Semua perilaku tersebut adalah termasuk di dalam kategori dosa-dosa besar yang dibenci oleh agama Islam maha suci. Kerana ianya tidak menawarkan apa-apa pulangan baik dan keuntungan yang memberangsangkan, melainkan ia akan menarik kepada perselisihan dan permusuhan di antara umat Islam.
Firman Allah di dalam surah Al-Ahzab: ayat 58:- Maksudnya: " Mereka yg menyakiti orang-orang mu'min lelaki dan perempuan, terhadap suatu perkara yg tidak mereka lakukan, sesungguhnya mereka memikul fitnah dan dosa yang nyata"
Suatu kali, Baginda Rasulullah SAW bercerita: "Bahawa pada malam Baginda di israkkan oleh Allah,. Baginda telah melepasi segolongan manusia yg berkuku tajam daripada tembaga. Mereka mencakar muka dan dada mereka sendiri tanpa henti, lalu memancutlah darah keluar beserta daging muka dan dada mereka koyak dalam keadaan yg amat mengerikan. Lalu Baginda bertanya kepada malaikat; Wahai Jibril! siapakah gerangan orang-orang itu? Malaikat Jibril menjawab: itulah, mereka yg memakan daging manusia (yakni suka mengumpat sentiasa dan mencemarkan kehormatan orang lain)".
Benarlah apa yg difirmankan oleh Allah di dalam surah Al-Hujurat, ayat 10 - 12, yang melarang kita daripada enam perkara yg boleh menjejaskan perpaduan dan keutuhan kita umat Islam.
1. Jangan mencemuh dan merendah-rendahkan puak atau orang lain.
2. Jangan sekali-kali menyata dan menjatuhkan keaiban orang lain.
3. Jangan panggil memanggil dengan panggilan yg buruk atau menghinakan.
4. Hindarilah diri daripada berburuk-sangka.
5. Jangan hendaknya suka mengintip atau mencari-cari kesalahan orang lain.
6. Jangan suka umpat mengumpat dan keji mengeji di antara kita umat Islam.
Marilah atas dasar dan semangat cintakan kehidupan yang diredhai Allah, sama-sama kita hidup dalam suasana harmoni, hidup saling hormat menghormati, saling kasih mengasihi dan saling bantu membantu di antara Islam lain.
Walau apa pun alasan kita, Islam melarang keras umatnya daripada sikap kutuk mengutuk, hina menghina dan mengeji orang lain. Sebagaimana kita tidak mahu orang mencarut dan menghina kita, maka begitulah juga orang lain.
Wassalam
Maruah
*"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisan; akan tetapi iman belum menyerap ke dalam hati, janganlah kalian menyakiti orang lain. Jangan mengintai-intai cacat cela mereka, sesungguhnya barangsiapa yang cacat celanya diintai oleh Allah nescaya Allah akan bukakan pekungnya walaupun di tengah rumahnya sendiri." (Hadith ini adalah riwayat Abu Daud)"Barangsiapa yang mendengar saudaranya diumpat namun dia tidak membelanya padahal dia mampu maka dia ikut menanggung dosa umpatan itu di dunia dan di akhirat. (Hadith Asfahani)"Sesiapa dari kalangan orang Islam yang tidak membela orang Islam lain apabila kehormatannya dicerobohi dan nama baiknya dicacati maka niscaya Allah membiarkan nasibnya ketika dia sangat memerlukan pertolongan Allah Subhanahu Wata'ala. Dan mana-mana orang Islam yang menolong orang Islam lain ketika nama baiknya dan kehormatannya diceroboh niscaya Allah akan menolongnya ketika dia sangat-sangat memerlukan pertolonganNya (Allah). " (Hadith riwayat Abu Daud)"Barangsiapa yang mempertahankan maruah saudaranya ketika saudaranya itu tidak ada di hadapannya maka wajiblah Allah melepaskannya dari siksa neraka. " (Hadith riwayat Ahmad)
Sunday, October 4, 2009
5 PERKARa ELOK DI SEBUT
Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan umat-umatnya tentang kelima-lima perkara ini iaitu:
1.Perbanyakkan menyebut Allah daripada menyebut makhluk. Sudah menjadi kebiasaan bagi kita menyebut atau memuji-muji orang yang berbuat baik kepada kita sehingga kadang-kadang kita terlupa hakikat bahawa terlampau banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Lantaran itu, kita terlupa memuji dan menyebut-nyebut nama Allah. Makhluk yang berbuat baik sedikit kita puji habisan tapi nikmat yang terlalu banyak Allah berikan kita langsung tak ingat. Sebaik-baiknya elok dibasahi lidah kita dengan memuji Allah setiap ketika, bukan ucapan Al-hamdulillah hanya apabila sudah kekenyangan hingga sedawa. Pujian begini hanya di lidah saja tak menyelera hingga ke hati.
2. Perbanyakkan menyebut akhirat daripada menyebut urusan dunia. Dunia terlalu sedikit dibandingkan dengan akhirat. 1000 tahun di dunia setimpal dengan ukuran masa sehari di akhirat. Betapa kecilnya nisbah umur di dunia ini berbanding akhirat. Nikmat dunia juga 1/100 daripada nikmat akhirat. Begitu juga seksa dan kepayahan hidup di dunia hanya 1/100 daripada akhirat. Hanya orang yang senteng fikiran sibuk memikirkan Wawasan Dunia (WD) hingga terlupa Wawasan Akhirat (WA). Manusia yang paling cerdik ialah mereka yang sibuk merancang Wawasan Akhiratnya. Saham Amanah Dunia (SAD) tak penting, tapi yang paling penting ialah Saham Amanah Akhirat (SAA) yang tak pernah rugi dan merudum malahan sentiasa naik berlipat kali ganda. Oleh itu perbanyakkanlah menyebut-nyebut perihal akhirat supaya timbul keghairahan menanam dan melabur saham akhirat.
3. Perbanyakkan menyebut dan mengingat hal-hal kematian daripada hal-hal kehidupan. Kita sering memikirkan bekalan hidup ketika tua dan bersara tapi jarang memikirkan bekalan hidup semasa mati. Memikirkan mati adalah sunat kerana dengan berbuat demikian kita akan menginsafi diri dan kekurangan amalan yang perlu dibawa ke sana. Perjalanan yang jauh ke akhirat sudah tentu memerlukan bekalan yang amat banyak. Bekalan itu hendaklah dikumpulkan semasa hidup di dunia ini. Dunia ibarat kebun akhirat. Kalau tak usahakan kebun dunia ini masakan dapat mengutip hasilnya di akhirat? Dalam hubungan ini eloklah sikap Saidina Alli dicontohi. Meskipun sudah terjamin akan syurga, Saidina Ali masih mengeluh dengan hebat sekali tentang kurangnya amalan untuk dibawa ke akhirat yang jauh perjalanannya. Betapa pula dengan diri kita yang kerdil dan bergelumang dengan dosa?
4. Jangan menyebut-nyebut kebaikan diri dan keluarga. Syaitan memang sentiasa hendak memerangkap diri kita dengan menyuruh atau membisikkan kepada diri kita supaya sentiasa mengingat atau menyebut-nyebut tentang kebaikan yang kita lakukan sama ada kepada diri sendiri, keluarga atau masyarakat amnya. Satu kebaikan yang kita buat, kita sebut-sebut selalu macam rasmi ayam 'bertelur sebiji riuh sekampung'. Kita terlupa bahawa dengan menyebut dan mengingat kebaikan kita itu sudah menimbulkan satu penyakit hati iaitu ujub. Penyakit ujub ini ibarat api dalam sekam boleh merosakkan pahala kebajikan yang kita buat. Lebih dahsyat lagi jika menimbulkan ria' atau bangga diri yang mana Allah telah memberi amaran sesiapa yang memakai sifatNya (ria') tidak akan mencium bau syurga. Ria' adalah satu unsur dari syirik (khafi). Oleh itu eloklah kita berhati-hati supaya menghindarkan diri daripada mengingat kebaikan diri kita kepada orang lain. Kita perlu sedar bahawa perbuatan buat baik yang ada pada diri kita itu sebenarnya datang dari Allah. Allah yang menyuruh kita buat baik. Jadi kita patut bersyukur kepada Allah kerana menjadikan kita orang baik, bukannya mendabik dada mengatakan kita orang baik. Kita terlupa kepda Allah yang mengurniakan kebaikan itu.
5. Jangan sebut-sebut dan nampak-nampakkan keaiban atau keburukan diri orang lain. Kegelapan hati ditokok dengan rangsangan syaitan selalu menyebabkan diri kita menyebut-nyebut kesalahan dan kekurangan orang lain. Kita terdorong melihat keaiban orang sehingga terlupa melihat keaiban dan kekurangan diri kita sendiri. Bak kata orang tua-tua 'kuman seberang lautan nampak, tapi gajah di depan mata tak kelihatan'. Islam menuntut kita melihat kekurangan diri supaya dengan cara itu kita dapat memperbaiki kekurangan diri kita. Menuding jari mengatakan orang lain tak betul sebenarnya memberikan isyarat bahawa diri kita sendiri tidak betul. Ibarat menunjuk jari telunjuk kepada orang; satu jari arah ke orang itu tapi 4 lagi jari menuding ke arah diri kita. Bermakna bukan orang itu yang buruk, malahan diri kita lebih buruk daripadanya.
Oleh sebab itu, biasakan diri kita melihat keburukan diri kita bukannya keburukan orang lain. Jangan menjaga tepi kain orang sedangkan tepi kain kita koyak rabak. Dalam Islam ada digariskan sikap positif yang perlu dihayati dalam hubungan sesama manusia iaitu lihatlah satu kebaikan yang ada pada diri seseorang, meskipun ada banyak kejahatan yang ada pada dirinya. Apabila melihat diri kita pula, lihatkan kejahatan yang ada pada diri kita walaupun kita pernah berbuat baik. Hanya dengan cara ini kita terselamat dari bisikan syaitan yang memang sentiasa mengatur perangkap untuk menjerumuskan kita ke dalam api neraka.Semoga 5 perkara yang disebutkan di atas dapat kita hayati dan diterapkan dalam kehidupan kita seharian. Sama-sama beroda semoga terselamat dari kemurkaan Allah semasa di dunia hingga ke akhirat. Amin...
1.Perbanyakkan menyebut Allah daripada menyebut makhluk. Sudah menjadi kebiasaan bagi kita menyebut atau memuji-muji orang yang berbuat baik kepada kita sehingga kadang-kadang kita terlupa hakikat bahawa terlampau banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Lantaran itu, kita terlupa memuji dan menyebut-nyebut nama Allah. Makhluk yang berbuat baik sedikit kita puji habisan tapi nikmat yang terlalu banyak Allah berikan kita langsung tak ingat. Sebaik-baiknya elok dibasahi lidah kita dengan memuji Allah setiap ketika, bukan ucapan Al-hamdulillah hanya apabila sudah kekenyangan hingga sedawa. Pujian begini hanya di lidah saja tak menyelera hingga ke hati.
2. Perbanyakkan menyebut akhirat daripada menyebut urusan dunia. Dunia terlalu sedikit dibandingkan dengan akhirat. 1000 tahun di dunia setimpal dengan ukuran masa sehari di akhirat. Betapa kecilnya nisbah umur di dunia ini berbanding akhirat. Nikmat dunia juga 1/100 daripada nikmat akhirat. Begitu juga seksa dan kepayahan hidup di dunia hanya 1/100 daripada akhirat. Hanya orang yang senteng fikiran sibuk memikirkan Wawasan Dunia (WD) hingga terlupa Wawasan Akhirat (WA). Manusia yang paling cerdik ialah mereka yang sibuk merancang Wawasan Akhiratnya. Saham Amanah Dunia (SAD) tak penting, tapi yang paling penting ialah Saham Amanah Akhirat (SAA) yang tak pernah rugi dan merudum malahan sentiasa naik berlipat kali ganda. Oleh itu perbanyakkanlah menyebut-nyebut perihal akhirat supaya timbul keghairahan menanam dan melabur saham akhirat.
3. Perbanyakkan menyebut dan mengingat hal-hal kematian daripada hal-hal kehidupan. Kita sering memikirkan bekalan hidup ketika tua dan bersara tapi jarang memikirkan bekalan hidup semasa mati. Memikirkan mati adalah sunat kerana dengan berbuat demikian kita akan menginsafi diri dan kekurangan amalan yang perlu dibawa ke sana. Perjalanan yang jauh ke akhirat sudah tentu memerlukan bekalan yang amat banyak. Bekalan itu hendaklah dikumpulkan semasa hidup di dunia ini. Dunia ibarat kebun akhirat. Kalau tak usahakan kebun dunia ini masakan dapat mengutip hasilnya di akhirat? Dalam hubungan ini eloklah sikap Saidina Alli dicontohi. Meskipun sudah terjamin akan syurga, Saidina Ali masih mengeluh dengan hebat sekali tentang kurangnya amalan untuk dibawa ke akhirat yang jauh perjalanannya. Betapa pula dengan diri kita yang kerdil dan bergelumang dengan dosa?
4. Jangan menyebut-nyebut kebaikan diri dan keluarga. Syaitan memang sentiasa hendak memerangkap diri kita dengan menyuruh atau membisikkan kepada diri kita supaya sentiasa mengingat atau menyebut-nyebut tentang kebaikan yang kita lakukan sama ada kepada diri sendiri, keluarga atau masyarakat amnya. Satu kebaikan yang kita buat, kita sebut-sebut selalu macam rasmi ayam 'bertelur sebiji riuh sekampung'. Kita terlupa bahawa dengan menyebut dan mengingat kebaikan kita itu sudah menimbulkan satu penyakit hati iaitu ujub. Penyakit ujub ini ibarat api dalam sekam boleh merosakkan pahala kebajikan yang kita buat. Lebih dahsyat lagi jika menimbulkan ria' atau bangga diri yang mana Allah telah memberi amaran sesiapa yang memakai sifatNya (ria') tidak akan mencium bau syurga. Ria' adalah satu unsur dari syirik (khafi). Oleh itu eloklah kita berhati-hati supaya menghindarkan diri daripada mengingat kebaikan diri kita kepada orang lain. Kita perlu sedar bahawa perbuatan buat baik yang ada pada diri kita itu sebenarnya datang dari Allah. Allah yang menyuruh kita buat baik. Jadi kita patut bersyukur kepada Allah kerana menjadikan kita orang baik, bukannya mendabik dada mengatakan kita orang baik. Kita terlupa kepda Allah yang mengurniakan kebaikan itu.
5. Jangan sebut-sebut dan nampak-nampakkan keaiban atau keburukan diri orang lain. Kegelapan hati ditokok dengan rangsangan syaitan selalu menyebabkan diri kita menyebut-nyebut kesalahan dan kekurangan orang lain. Kita terdorong melihat keaiban orang sehingga terlupa melihat keaiban dan kekurangan diri kita sendiri. Bak kata orang tua-tua 'kuman seberang lautan nampak, tapi gajah di depan mata tak kelihatan'. Islam menuntut kita melihat kekurangan diri supaya dengan cara itu kita dapat memperbaiki kekurangan diri kita. Menuding jari mengatakan orang lain tak betul sebenarnya memberikan isyarat bahawa diri kita sendiri tidak betul. Ibarat menunjuk jari telunjuk kepada orang; satu jari arah ke orang itu tapi 4 lagi jari menuding ke arah diri kita. Bermakna bukan orang itu yang buruk, malahan diri kita lebih buruk daripadanya.
Oleh sebab itu, biasakan diri kita melihat keburukan diri kita bukannya keburukan orang lain. Jangan menjaga tepi kain orang sedangkan tepi kain kita koyak rabak. Dalam Islam ada digariskan sikap positif yang perlu dihayati dalam hubungan sesama manusia iaitu lihatlah satu kebaikan yang ada pada diri seseorang, meskipun ada banyak kejahatan yang ada pada dirinya. Apabila melihat diri kita pula, lihatkan kejahatan yang ada pada diri kita walaupun kita pernah berbuat baik. Hanya dengan cara ini kita terselamat dari bisikan syaitan yang memang sentiasa mengatur perangkap untuk menjerumuskan kita ke dalam api neraka.Semoga 5 perkara yang disebutkan di atas dapat kita hayati dan diterapkan dalam kehidupan kita seharian. Sama-sama beroda semoga terselamat dari kemurkaan Allah semasa di dunia hingga ke akhirat. Amin...
SYAITAN MENGGODA KETEGUHAN IMAN
SHEIKH ABDUL QADIR JAILANI adalah seorang alim ulama dan ahli sufi yang cukup dikenali keutamaan dan kemuliaan ilmunya di kalangan umat Islam. Kerana sikapnya yang warak atau dekat dengan Allah, banyak pengikutnya yang berlebih-lebihan memuliakannya. Diceritakan suatu hari Sheikh Abdul Qadir jailani berjalan merantau seorang diri. Dalam mengharungi padang pasir yang panas terik itu ia merasa kehausan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bejana dari perak melayang di udara lalu perlahan-lahan turun kepadanya diselimuti awan di atasnya.
Saat itu diceritakan terdengar suara ghaib di angkasa : "Hai Abdul Qadir, minumlah isi bejana ini. Hari ini kami telah menghalalkan kamu makan dan minum semua yang selama ini aku haramkan . Dan telah kugugurka semua kewajipan untukmu." Bunyi suara ghaib itu.
Sebagai orang yang arif, Abdul Qadir cukup tahu bahwa suara ghaib yang menyerupai wahyu itu cuma syaitan yang menggoda keteguhan imannya. Maka marahlah ia dan berkata : "Hai mal'un beredarlah engkau dari sini. Sesungguhnya aku tiada lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad S.A.W di sisi Allah Taala. Kepada Rasulullah saja tidak mungkin berlaku ketentuan semacam itu. Barang yang diharamkan Allah selamanya tetap haram, dan kewajipan hamba kepadanya tidak pernah digugurkan termasuk pada diriku." Ujarnya tegas.
Saat itu diceritakan terdengar suara ghaib di angkasa : "Hai Abdul Qadir, minumlah isi bejana ini. Hari ini kami telah menghalalkan kamu makan dan minum semua yang selama ini aku haramkan . Dan telah kugugurka semua kewajipan untukmu." Bunyi suara ghaib itu.
Sebagai orang yang arif, Abdul Qadir cukup tahu bahwa suara ghaib yang menyerupai wahyu itu cuma syaitan yang menggoda keteguhan imannya. Maka marahlah ia dan berkata : "Hai mal'un beredarlah engkau dari sini. Sesungguhnya aku tiada lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad S.A.W di sisi Allah Taala. Kepada Rasulullah saja tidak mungkin berlaku ketentuan semacam itu. Barang yang diharamkan Allah selamanya tetap haram, dan kewajipan hamba kepadanya tidak pernah digugurkan termasuk pada diriku." Ujarnya tegas.
DOA BOLEH MENGUBAH TAKDIR
Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu 'alaih wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah ta'aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.
Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam: "Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah Ta'ala selain do'a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.." (HRTirmidzi 2065)
Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do'a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta'aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Iaakan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala dan ia mahu bersungguh-sungguh meminta dengan do'a yang tulus kepada Allah ta'aala Yang Maha Berkuasa. "Katakanlah: "Hai hamba-hamba- Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserahdirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS Az-Zumar 53-54)
Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah Ta'ala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah Ta'ala dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah. Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta'aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo'a dan memohon kepada Allah Ta'ala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan. Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah Ta'ala, termasuk bersandar kepada dirinya sendiri, maka pada saat itu pulalah Allah Ta'ala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah Ta'ala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik...!
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QSAl-Mu'min 60) Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah Ta'ala yang pedih.
Maka Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Barangsiapa tidak berdo'a kepada Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala murka kepadaNya." (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala. Bila anda merasa taqdir yang Allah Ta'ala tentukan bagi hidup anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo'alah kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir anda. Barangkali di antara do'a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah Ta'ala mengubah taqdir ialah sebagai berikut: "Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan." (HR Muslim4897)
Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam: "Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah Ta'ala selain do'a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.." (HRTirmidzi 2065)
Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do'a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta'aala tentukan atas dirinya berubah. Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Iaakan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala dan ia mahu bersungguh-sungguh meminta dengan do'a yang tulus kepada Allah ta'aala Yang Maha Berkuasa. "Katakanlah: "Hai hamba-hamba- Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Ta'ala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserahdirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (QS Az-Zumar 53-54)
Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah Ta'ala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah Ta'ala dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah. Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta'aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo'a dan memohon kepada Allah Ta'ala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan. Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah Ta'ala, termasuk bersandar kepada dirinya sendiri, maka pada saat itu pulalah Allah Ta'ala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah Ta'ala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik...!
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QSAl-Mu'min 60) Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah Ta'ala yang pedih.
Maka Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam bersabda: "Barangsiapa tidak berdo'a kepada Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala murka kepadaNya." (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala. Bila anda merasa taqdir yang Allah Ta'ala tentukan bagi hidup anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo'alah kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir anda. Barangkali di antara do'a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah Ta'ala mengubah taqdir ialah sebagai berikut: "Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan." (HR Muslim4897)
Subscribe to:
Posts (Atom)